Zinadene Zidane terbilang salah satu pelatih tersukses dalam sejarah klub Real Madrid. Kesuksesan itu ditandai oleh keberhasilan Zidane membawa Real Madrid menjuarai Liga Champions untuk tiga musim berturut-turut. Raihan itu merupakan sejarah pertama untuk Madrid sejak format Liga Champions dibentuk.
Baca juga: Kondisi Kevin De Bruyne Tambah Beban Timnas Belgia
Selepas musim itu, Zidane memutuskan untuk turun dari bangku pelatih. Keputusan yang mengejutkan. Namun, Zidane menilai bahwa kesuksesan bisa menjadi batu sandungan. Makanya, dia memilih waktu untuk lepas dari sepak bola dan membiarkan pelatih baru untuk melatih Madrid.
Baginya, sangat baik kalau pelatih baru datang dan membawa energi baru, daripada dia harus bertahan dengan energi yang sama. Akan tetapi, waktu istirahat Zidane tidak lama. Real Madrid yang tampil tidak stabil kembali memaksa klub untuk memanggil Zidane pulang dari waktu istirahatnya di tahun 2019.
Tepatnya, dua musim lalu Zidane kembali ke Real Madrid. Zidane memperbaiki situasi El Real. Dalam dua musim terakhir, Zidane berhasil mempersembahkan trofi La Liga Spanyol.
Situasi menjadi buram pada musim 2020/21 ini. Madrid tanpa gelar. Zidane pun menjadi sasaran tembak. Isu pemecatan pun mengitari pelatih asal Perancis ini.
Bahkan isu pemecatan ini sudah mencuat sebelum El Real berhadapan dengan Chelsea di semifinal Liga Champions. Isu ini membuat Zidane tidak senang. Baginya, keluarnya isu seperti itu bisa mempengaruhi mentalitas para pemain.
Zidane menilai bahwa isu itu keluar dari tubuh klub sendiri. Dengan ini, klub bersikap setengah hati mendukung apa yang dilakukannya bersama Real Madrid.
Puncaknya, saat Zidane memilih untuk turun dari kursi pelatih. Kedua kalinya Zidane turun dari kursi pelatih Real Madrid. Seperti tertulis dalam surat terbuka Zidane yang dimuat di harian asal Spanyol, AS, Zidane menulis alasan berhenti dari klub (Goal.com 31/5/21).
Alasan paling mendasar yang mengitari kepergian Zidane karena pihak klub sudah tidak mempunyai kepercayaan pada dirinya di Madrid. Ketidakpercayaan itu nampak ketika Zidane tidak mempunyai ruang untuk mendatangkan pemain di awal musim dan pertengahan musim transfer Jadinya, Zidane harus bermain dengan skuad yang ada.
Persoalannya ketika cedera menghampiri para pemain penting. Apalagi kalau ada dua pemain dari posisi yang sama yang menderita cedera. Zidane harus putar otak untuk menempatkan pemain dari posisi lain pada pos yang ditinggalkan.
Langkah itu terbilang efektif, tetapi tidak berbuah hasil yang cukup memuaskan. Real Madrid kandas lebih awal di Copa del Rey. Di Liga Champions, Real Madrid tunduk pada pasukan muda Chelsesa pada semifinal. Sementara itu, di La Liga Spanyol, Real Madrid kalah 2 poin dari sang Juara musim ini, Atletico Madrid.