Skuad Manchester City tak bisa menyembunyikan sukacita selepas laga kontra Paris Saint-Germain (PSG). Perayaan rasa juara menggema di ruang ganti. Padahal, Man City masih membutuhkan 90 menit untuk menjadi kampiun Liga Champions.
Kendati demikian, kemenangan kontra PSG (agregat 4-1) menjadi signifikan dalam sejarah klub. Untuk pertama kalinya Man City masuk partai final Liga Champions. Sejarah ini akan menjadi lengkap apabila Man City berhasil meraih trofi Liga Champions di Istanbul.
Trofi Liga Champions begitu penting bagi Man City. Trofi Liga Champions merupakan jalan untuk mendapatkan pengakuan di mata Eropa.
Sejak diambil alih oleh pengusaha asal Timur Tengah, Sheikh Mansour, Man City berubah menjadi raksasa baru di Liga Inggris. Banyak pemain dan pelatih berharga mahal didatangkan guna menunjang investasi finansial di Man City. Juga, fasilitas Man City dibenahi secara total.
Investasi ini menjadi berharga saat itu dibarengi dengan prestasi. Di level domestik, Man City berhasil menjadi salah satu kekuatan terkuat di Liga Inggris. Bahkan Man City bisa keluar dari bayang-bayang dominasi rival sekota, Manchester United.
Musim ini, di daratan Inggris Man City sudah mengamankan Piala Carabao dan selangkah lagi meraih trofi Liga Inggris. Akan tetapi, pencapaian di Liga Inggris ini masih terasa kurang. Tidak terlalu mentereng apabila dibandingkan dengan pencapaian MU.
Makanya, trofi Liga Champions sangatlah signifikan bagi Man City. Meraih trofi Liga Champions bisa menjadi cara bagi Man City mendapat pengakuan di Eropa.
Lebih jauh, ini juga cara Man City membungkam mulut-mulut sinis. Tidak sedikit pihak menyatakan bahwa prestasi tidak akan bisa dibeli dengan harga tertentu setiap kali Man City gagal di Liga Champions.
Musim ini merupakan momen bagi Man City mendapatkan pengakuan di mata Eropa. Man City tidak boleh dipandang sebagai tim yang terbangun karena faktor uang semata, tetapi sebagai tim yang mempunyai mentalitas pesaing di daratan Eropa.
Selain sebagai tim, melaju dan meraih trofi di partai final mendatang juga merupakan cara Pep Guardiola membuktikan dirinya. Akhirnya setelah 10 tahun berada di bangku pelatih, Pep kembali ke partai final di Liga Champions.
Man City merekrut Pep guna membangun Man City bisa berkompetesi di Liga Eropa. Tiga musim Pep gagal memenuhi harapan Man City. Hampir saja pada musim lalu Pep dilepas dari kursi pelatih.
Namun, Man City terlihat masih sabar dengan Pep. Bahkan pihak klub tak ragu memberikan ruang secara bebas bagi Pep membangun skuadnya. Terbukti, kesediaan klub mendukung Pep merekrut Ruben Dias dan beberapa pemain lainnya kendati dengan mengucurkan harga yang tak sedikit.