Bagi umat Kristen Katolik, hari ini dimaknai sebagai hari Kamis Putih. Hari Kamis Putih merupakan bagian tak terpisahkan dari perayaan paskah. Boleh dikatakan, hari Kamis Putih menjadi titik awal petualangan iman umat dalam merenungkan perayaan paskah.
Salah satu aspek penting yang dirayakan pada hari Kamis Putih ini adalah perjamuan Terakhir. Ada banyak makna yang bisa dipetik dari peristiwa perjamuan terakhir Yesus dengan para murid-Nya.
Makna yang tersimpan di balik perjamuan terakhir itu pun memperjelas kalau perjamuan terakhir bukanlah sekadar perjamuan biasa. Apalagi kenangan dari masa lampau.
Perjamuan terakhir ini menjadi luar biasa karena ini menjadi landasan iman bagi umat Katolik dalam merayakan perayaan misa (Ekaristi) sampai saat ini. Perayaan misa yang biasanya dirayakan pada hari Minggu oleh umat Katolik merupakan salah satu upaya untuk mengenang perjamuan terakhir Yesus dan para murid.
Menghidupkan kenangan ini merupakan upaya untuk membawa Yesus pada konteks saat ini. Dalam iman, Yesus benar-benar hadir lewat perayaan misa. Jadi, bukan sekadar peringatan masa lampau, tetapi ada keyakinan jika Tuhan Yesus terlibat dalam perayaan misa yang dirayakan pada saat ini.
Selain itu, salah satu peristiwa yang terjadi di perjamuan terakhir membawa umat pada teladan hidup Yesus yang harus diikuti. Teladan itu bersumber dari cara Yesus dalam melayani para murid pada perjamuan terakhir.
Salah satu hal yang kerap dipraktikkan pada perjamuan terakhir adalah pembasuhan kaki. Karena situasi pandemi korona saat ini, pihak gereja umumnya meminta untuk meniadakan praktik atau pun menyederhanakannnya.
Kalau tidak, setiap perayaan misa Kamis Putih, pembasuhan kaki menjadi ritual yang memberikan makna tentang pelayanan Yesus.
Biasanya, penyucian kaki itu melibatkan 12 orang umat. Ini mengingatkan umat pada 12 rasul Yesus yang dibasuh kaki mereka pada perjamuan terakhir. Penyucian kaki ini mempunyai makna terdalam. Salah satu maknanya adalah pelayanan.
Pelayanan yang ditunjukkan lewat kerendahan hati Yesus, yang diakui sebagai guru dan diyakini sebagai Tuhan oleh para murid-Nya. Dia rela membasuh kaki para murid-Nya. Suatu praktik yang berseberangan dengan pandangan umum, di mana para murid-lah yang seharusnya melayani guru mereka.
Akan tetapi, pelayanan ini merupakan panggilan Yesus bagi para murid untuk meneladani-Nya. Para murid sekiranya meneladani Tuhan Yesus dalam melayani. Melayani itu mesti dibaluti oleh kerendahan hati. Rendah hati untuk melayani siapa saja tanpa peduli status dan pangkat.