Pemecatan ke-7 kader Partai Demokrat seolah menjadi serangan di balik isu kudeta yang dilontarkan ketua umum partai, Agur Harimurti Yudhoyono pada beberapa waktu lalu. Ke-7 kader ini dinilai telah melanggari etika partai. Secara tidak langsung, isu kudeta yang mendera partai Demokrat berhubungan dengan ke-7 kader ini.
Keputusan pemecatan itu tentu saja telah dipertimbangkan secara matang. Partai Demokrat pasti ingin mengakhiri kemelut di dalam partai. Salah satu caranya adalah melalui pembersihan kader-kader yang diduga berniat untuk mengkudeta partai. Pemecatan menjadi serangan untuk melumpuhkan mereka yang nota bene diduga merencanakan kudeta di partai Demokrat.
Namun, serangan dari dalam Partai Demokrat ini tidak serta merta mengakhiri kemelut yang terjadi. Seperti pertandingan sepak bola, Partai Demokrat harus mempersiapkan lapisan pertahanan yang kuat untuk menanti serangan balik. Apalagi kalau yang dipecat dari partai demokrat ini adalah mereka yang sudah mengenal partai Demokrat dengan baik. Pengetahuan mereka bisa menjadi modal untuk membangun strategi serangan balik.
Serangan balik itu pun terjadi. Itu tidak membutuhkan waktu seminggu setelah pemecatan. Salah mantan kader partai Demokrat berkicau lewat video singkat.
Adalah Jhoni Allen Marbun yang berkicau lewat sebuah video singkat yang diberikan kepada publik. Dalam video itu, Allen membeberkan beberapa hal yang menurutnya sendiri adalah fakta sejarah di dalam tubuh partai Demokrat.
Dalam video singkat itu, Jhoni Allen mengungkap beberapa hal di dalam tubuh partai Demokrat. Menurutnya, partai Demokrat sudah berjalan ke arah partai dinasti atau partai kekeluargaan (CNN Indonesia. com 1/3/21).
Dalam mana, keluarga SBY atau keluarga Cikeas seolah bermain peran penting di dalam partai. Allen mengambil contoh dengan keterpilihan SBY menjadi ketua umum dan anak keduanya, Edhi Baskoro Yudhoyono (Ibas) menjadi sekretaris jenderal lewat Kongres Luar Biasa (KLB) pertama di Bali tahun 2013.
Pendeknya, serangan John Allen ikut menyeret pengaruh keluarga Cikeas di tubuh partai. Sorotan Allen ini menjadi serangan balik kepada partai Demokrat, terlebih khusus kepada SBY dan AHY yang merupakan wajah keluarga cikeas dan bentuk dari politik dinasti di tubuh Partai Demokrat.
Lantas, apakah serangan balik itu efektif ataukah hanya sia-sia?
Jawabannya bergantung kekuatan dan pengaruh oleh para mantan di partai Demokrat. Kalau mereka tidak mempunyai loyalis dan pengaruh yang kuat, serangan balik itu berakhir sia-sia. Tidak berdampak apa-apa bagi keberadaan AHY yang merupakan ketua umum Partai Demokrat.
Namun, serangan balik itu efektif mengandaikan jika para mantan mempunyai banyak pendukung kuat dari belakang, termasuk mereka yang barangkali masih berada di dalam tubuh partai. Dalam mana, suara-suara mereka tidak hanya mewakili diri mereka yang dipecat oleh partai, tetapi oleh kader-kader yang sudah tidak suka dengan keberadaan keluarga Cikeas di Partai Demokrat.