Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Apabila AHY Nyalon Lagi di Pilkada DKI Jakarta

Diperbarui: 28 Januari 2021   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: Antara Foto/M Risyal Hidayat via Kompas.com

Agur Harimurti Yudhoyono (AYH) menjadi salah satu calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017 lalu. Penampilan AHY saat itu cukup mengejutkan. Beliau memilih berhenti dari dinas militer dan pindah haluan menjadi seorang politikus.

Terlihat tidak sulit bagi AHY masuk pentas politik tanah air. Upaya dan faktor dari sang bapak, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak diragukan lagi. Barangkali tuah dari sang bapak yang pernah menjabat presiden selama dua periode bisa menjadi daya genjot untuk meningkatkan popularitas dan keterpilihan AHY di wilayah Jakarta.

Namun, itu tidak terjadi. AHY harus berada di nomor terakhir setelah pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiago. Kendati demikian, untuk seorang politikus muda dan yang belum lekat dengan dunia politik tanah air, kegagalan saat itu merupakan pengalaman berharga.

Pengalaman yang paling pertama dan utama adalah bagaimana membangun mentalitas berhadapan dengan kontestasi politik. Tak diragukan, banyak pihak yang hanya siap mental untuk menerima kemenangan. Namun, saat kekalahan menghampiri, aneka tuduhan pun dilayangkan kepada pihak yang memenangkan kontestasi politik.

Pada titik ini, AHY bisa belajar dari kekalahannya dalam berkontestasi politik. Belajar menerima kekalahan itu bisa menjadi bahan belajar untuk evaluasi dan sekaligus manfaatnya untuk kontestasi politik berikutnya.

Dalam mana, mentalitas sebagai seorang politikus sudah terasa. Mentalitas siap menerima segala konsekuensi dari hasil sebuah kontestasi, termasuk kalah politik.

Pada pengalaman lain adalah belajar melihat dan mengukur popularitas di tengah masyarakat. Memang, tak diragukan AHY harus berhadapan dengan sosok yang terbilang lebih matang di dunia perpolitikan tanah air.

Tidak cukup hanya membawa nama besar dari sosok tertentu, seperti misal, faktor ayahnya, SBY. Paling tidak, AHY sudah menunjukkan diri juga sebagai seorang politikus.

Setelah hampir lima tahun lewat dari kontestasi Pilkada DKI Jakarta, AHY bisa saja sudah mengecap pelbagai ilmu dalam dunia perpolitikan.

Posisinya di Partai Demokrat memberikan keuntungan bagi AHY. Dengan posisi itu, AHY mempunyai ruang politik yang cukup luas untuk melakukan agenda politik di pelbagai daerah. Dengan kata lain, perjumpaan dengan pelbagai tokoh politik yang dibarengi dengan pelbagai kunjungan di pelbagai lintas daerah sudah mempertebal pengetahuannya dan sekaligus sosoknya sebagai seorang politik.

Maka dari itu, kesempatan kedua untuk naik maju pada kontestasi Pilkada DKI Jakarta bisa diambil. Lima tahun berinvestasi sebagai seorang politikus bisa saja sudah meningkatkan taraf popularitasnya di akar rumput.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline