Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Ketika Petahana Kalah Telak di Pilkada

Diperbarui: 12 Desember 2020   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pilkada. Sumber foto: ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI via Kompas.com

Beberapa jam setelah proses perhitungan suara pilkada di kabupaten kami, seorang teman memposting hasilnya (9/12) di dinding media sosialnya. Hanya dua pasangan calon yang bertarung. Antara petahana dan calon yang dikalahkan petahana pada pilkada lima tahun lalu.

Dalam postingan itu, salah satu pasangan begitu unggul. Bisa dikatakan unggul telak dari pasangan yang satunya. Gap suara yang terbilang besar untuk sebuah kontestasi politik. Karena ini, pertarungan terlihat tidak seimbang.

Menariknya, pasangan yang unggul bukanlah petahana. Petahana kalah telak. Petahana pernah menjabat sebagai wakil bupati dan kemudian selama lima tahun lalu naik menjabat sebagai bupati. Alih-alih ingin mempertahankan keberadaannya di kursi bupati, beliau dan pasangannya yang juga wakilnya malah kalah telak dari pasangan baru.

Ada apa? Pertanyaanya yang harus ditelaah lebih jauh.

Memang tidak menutup kemungkinan petahana kalah dalam kontestasi politik. Akan tetapi, kalau kalah dalam bilangan yang terlalu jauh, ini bisa membahasakan disposi diri para pemilih terhadap kinerja petahana selama lima tahun. Juga, ini mengindikasikan tentang kualitas petahana di mata masyarakat selama masa kepemimpinannya. 

Boleh jadi, masyarakat tidak melihat perubahan yang diutarakan petahana lewat janji-janji politik. Janji-janji politik sebelum memangku jabatan begitu manis. Namun, janji -janji politik itu tidak terealisasi sewaktu sudah duduk di kursi kepemimpinan.

Dengan kata lain, kekalahannya bisa saja terjadi karena kekecewaan masyarakat pada janj-janji politik yang tidak terealiasi selama masa kepemimpinan. Daripada terjebak lagi pada situasi yang sama, lebih baik berpaling kepada pasangan lain.

Kekalahan pihak petahana juga bisa membahasakan tentang kualitas pilihan politik masyarakat. Masyarakt tidak terkeco oleh status petahana. Juga, status petahana bukan jaminan yang meyakinkan agar terpilih lagi.

Masyarakat mempunyai preferensi lain, selain petahana. Preferensi ini bergantung pada kualitas petahana. Kalau tampil optimal dan seturut harapan masyarakat, beliau bisa dipertahankan. Akan tetapi, apabila tidak tampil optimal di masa kepemimpinannya, rakyat bisa beralih kepada calon pasangan lain.

Dengan ini, masyarakat sudah mampu melihat kualitas kepemimpinan. Kepemimpinan yang tampil baik perlu dipertahankan, sementara yang tidak tampil optimal bisa digeser dengan memilih pasangan lain.

Pelajaran kekalahan telak petahana juga menjadi awasan bagi pemimpin baru. Waktu kepemimpinan kadang terasa berlalu cepat. Jangka waktu kepemimpinannya itu mesti dioptimalkan untuk bisa meyakinkan masyarakat apabila ingin kembali duduk di kursi kepemimpinan pada periode ke-2. 

Yang paling penting adalah bagaimana pemimpin baru mewujudnyatakan janji-janji politiknya selama masa kampanye. Tidak boleh membiarkan rakyat kecewa. Kekecewaan rakyat bisa berujung pada kekalahan telak petahana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline