Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Keluarga Tidak Retak Walau Pilihan Berbeda di Pilkada

Diperbarui: 19 Oktober 2020   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pilkada. Sumber foto: Kompas.com

Pemilihan Umum (Pemilu) menghadirkan dinamika tersendiri dalam kehidupan sosial. Sebuah kampung bisa saja bersatu karena faktor kandidat politik. Misalnya, salah satu calon yang maju dalam kontestasi berasal dari kampung itu. 

Sebaliknya juga, kampung itu bisa saja terpecah jika terjadi perbedaan pandangan tentang para calon. Ada yang membelot dan tidak mau mengikuti suara mayoritas di kampung.

Situasi ini juga masuk dalam ranah keluarga. Terlebih khusus, keluarga yang anggotanya sudah mempunyai hak pilih. Pastinya, setiap anggota keluarga mempunyai pilihan berdasarkan pertimbangan masing-masing.

Saya masih ingat di salah satu momen Pilpres. Ibu dan adik saya berbeda pilihan di antara para calon. Adik saya lebih memilih seorang sosok yang baru muncul ke permukaan tetapi sudah membuat gebrakan baru. 

Sementara itu, ibu saya memilih seorang sosok yang bertubuh tegap. Baginya, Indonesia butuh orang yang tegas, dan bukannya seorang yang lembut.

Perdebatan cukup panjang. Perdebatan berakhir ketika masing-masing pihak pun sepakat untuk melihat hasil akhir di pilpres. Calon yang dijagokan adik saya menang. Walau demikian, situasi keluarga tetap adem. Persatuan tidak retak hanya karena perbedaan politik. 

Barangkali situasi Pilpres kurang terlalu menantang. Pilkada memberikan situasi yang sangat berbeda. Pasalnya, para calon yang bertarung bisa saja mantan orang sepekerjaan dan seorang yang sekampung. Apalagi jika mereka mempunyai ikatan kekeluargaan tertentu. 

Perbedaan pendapat sangat sulit dihindari. Setiap pihak bisa mempertahankan masing-masing calon. Orangtua bisa saja mendukung paket yang sangat berseberangan dengan anak-anak. Anak-anak juga bisa mempengaruhi dan bahkan meminta orangtua untuk mengikuti pilihan mereka. 

Perbedaan pendapat seperti ini adalah hal yang normal dalam konteks negara demokrasi. Malah ini bisa menunjukkan kedewasaan dalam berpolitik. Dalam mana, setiap orang mampu menentukan pilihan politik dan berdiri pada pilihan politiknya sendiri. Sangat tidak terlalu sedap kalau anggota keluarga hanya membeo pada satu suara. 

Di balik perbedaan ini, kesatuan sebagai sebuah keluarga sekiranya tetap dijaga. Walau berbeda secara politik, situasi keluarga tetap akur dan bersatu. Paling tidak, tidak ada keretakan relasi di antara anggota keluarga.  

Betapa tidak, tidak sedikit orang yang terjebak pada perbedaan politik yang merusakan persatuan keluarga. Gara-gara orangtua tidak sependapat dengan pilihan politik, orangtua dan anak-anak tidak berkomunikasi dengan baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline