Pada beberapa hari terakhir ini, wajah pelbagai media di Indonesia dihiasi dan bahkan dipenuhi oleh gemerlap pilkada 2020. Ada momen pendaftaran para calon, dan ada pula momen tatap muka para calon dengan masyarakat.
Satu hal yang nampak terjadi adalah kerumunan massa yang merupakan pendukung dari para calon politik. Secara umum, kerumunan massa sangat sulit dihindarkan di tengah situasi momen pilkada, walaupun kita berada di tengah pandemi.
Pilkada selalu menjadi magnet bagi banyak orang untuk berkumpul. Malah, tidak terlalu menarik jika para kandidat tidak ditemani oleh banyak orang. Keberadaan massa bisa menjadi salah satu petunjuk dari kekuatan calon yang bertarung dalam sebuah pilkada.
Saya membaca status dari seorang teman tentang situasi pendaftaran salah satu kandidat pilkada di salah satu kabupaten di Flores. Begitu banyak pendukung yang ikut dalam pendaftaran ini.
Maka dari itu, teman itu pun membuat kesimpulan bahwa kandidat itu berpeluang besar untuk memenangkan kontestasi di kabupaten tersebut. Gara-gara banyak pendukung yang ikut terlibat dalam pendaftaran, teman ini melihat itu sebagai tanda kemenangan. Padahal, kesimpulan itu bisa saja keliru.
Kerumunan banyak orang di musim pilkada menjadi salah satu situasi yang sulit terhindarkan. Semakin banyak orang yang terlibat dalam sebuah acara politik, semakin besar optimis yang terbangun di dalam diri kandidat dan para pendukungnya.
Makanya, sangat sulit untuk memisahkan momen pilkada dari kerumunan para pendukung. Malahan, kerumunan massa sangat diharapkan agar membangkitkan semangat di dalam kubu para calon politik.
Namun, situasi pilkada tahun ini berbeda dengan waktu-waktu lalu. Kita masih berhadapan dengan pandemi korona. Sejauh ini belum ada vaksin atau pun penangkal pada penyakit Covid-19 ini. Pemerintah dan pihak kesehatan hanya memberikan instruksi untuk mengikuti protokol kesehatan.
Begitu pula dalam pesta demokrasi pilkada. Sejauh ini, pemerintah meminta para kandidat untuk mematuhi protokol kesehatan.
Salah satu protokol kesehatan yang ditekankan adalah jaga jarak. Namun, melihat para pendukung yang menciptakan kerumunan tanpa menciptakan jarak yang cukup, bisa dikatakan jika protokol kesehatan itu tidak dipatuhi.
Sebagaimana pesta demokrasi pada umumnya, pilkada adalah pesta rakyat. Pesta di tengah situasi pandemi merupakan sebuah tantangan bagi rakyat.