Ketika pertama kali datang ke Chelsea, Jose Mourinho menyebut dirinya sebagai "the Special One." Entah apa yang melatarinya menyebut dirinya the Spesial One?
Boleh saja, ini bentuk pengakuan diri atas prestasi yang telah dicapai atau juga afirmasi kepada klub yang mengontraknya. Dalam mana, klub tidak memilih orang yang salah. Titel the Special One ini pun menjadi akrab bersanding dengan pelatih asal Portugal ini.
Memang tidak berlebihan untuk menyebut dirinya sebagai the Spesial One. Dalam sejarah kepelatihannya di pelbagai klub lintar liga-liga Eropa, dia berhasil meraih gelar yang berbeda-beda. Terakhir kalinya, dia meraih beberapa gelar di Manchester United.
Setelah vakum karena dipecat dari MU, Mou menghabiskan waktunya sebagai salah satu pengamat sepak bola di TV. Namun sejak tahu lalu, Mourinho kembali hadir di bangku pelatih. Dia mencoba peruntungan dan tajinya sebagai the Spesial One di klub Tottenham Hotspur. Tentunya, tugasnya kali ini rumit.
Dia datang ke klub yang sangat berbeda dengan klub-klub sebelumnya. Pada klub-klub sebelumnya, Mou mempunyai skuad mumpuni yang dibarengi dengan sejarah sebagai klub hebat. Kali ini, Mou datang ke Tottenham yang berupaya untuk menunjukkan dirinya sebagai klub hebat di Liga Inggris.
Mou datang ke Tottenham untuk membenahi keruwetan yang ditinggalkan Mauricio Pocchetino. Beberapa musim terakhir, Pocchetino berhasil mengubah Tottenham sebagai salah satu tim yang biasa menduduki top four di Liga Inggris.
Namun, pencapaian itu menumpul musim lalu. Karena ini, pihak manajemen memilih memecat pelatih asal Argentina ini dan memilih Jose Mourinho sebagai penggantinya.
Mou sudah mempunyai nama di jagad sepak bola. Di balik popularitas ini, secara tidak langsung Mou memikul harapan klub. Tidak gampang bagi Mou untuk membetulkan Tottenham yang sementara timpang.
Sejauh ini, Mou berhasil membawa Tottenham di tempat ke-9 klasemen liga Inggris. Posisinya agak membaik sepeninggal Pocchetino. Sewaktu Mou masuk menjadi pelatih, Tottenham berada di posisi 14 klasemen sementara Liga Inggris.
Melihat penampilan musim ini sejauh ini, target untuk meraih tiket ke Liga Champions musim depan semakin jauh. Yang mungkin bagi Tottenham adalah berada di piala Eropa. Laga kontra Arsenal pada pekan ke-35 ini akan menjadi pertarungan dalam merebutkan tempat ke piala Eropa pada musim depan.
Meski demikian, Mou tidak berpasrah pada situasi yang terjadi. Mou tetap menunjukkan optimismenya sebagai seorang pelatih.