Janji adalah utang! Pernyataan yang barangkali sangat familiar bagi kita umumnya.
Artinya, saat kita berjanji, kita seolah mempunyai utang yang mesti dibayar pada saat tertentu. Kalau janji itu tidak dibuktikan, kita mempunyai utang tertentu kepada orang yang kita janjikan.
Memberikan janji mungkin gampang, tetapi merealisasikannya penuh tantangan. Saat kita berjanji, kita sebenarnya mengikat diri kita pada harapan banyak orang.
Secara manusiawi, seharusnya kita malu jika tidak memenuhi janji kita dan bertemu dengan orang yang dijanjikan. Ketika kita mewujudnyatakan janji kita, orang akan semakin percaya dengan kita.
Memang, saat kita memenuhi janji itu, kita pun memenuhi harapan orang yang dijanjikan. Kalau tidak, secara tidak langsung kita dibayang-bayangi oleh harapan banyak orang. Dengan kata lain, kita membiarkan orang-orang yang dijanjikan untuk tinggal dalam harapan semu.
Janji selalu berorientasi pada waktu yang akan datang. Ada jangka waktunya. Lebih bijaknya, mewujudkan janji itu seturut target waktu yang ditetapkan.
Sebuah janji selalu mempunyai dayanya sendiri. Ini bisa menggerakan seseorang untuk bertindak. Ini bisa mengubah haluan pikiran dan tindakan orang. Apalagi jika janji itu mengena situasi dan konteks tertentu.
Salah satu janji yang kita biasa kita temui adalah janji politik. Janji politik umumnya terjadi di musim kontestasi politik, seperti pemilihan umum.
Para calon yang bertarung dalam kontestasi politik ini membawa dan menawarkan janji-janji politik. Janji-janji itu menarik dan menggiurkan. Kalau tidak seperti itu, massa gampang bertolak haluan kepada calon lainnya.
Visi dan misi para kandidat kerap tidak terlalu diperhatikan. Masyarakat lebih mencari langkah konkret apa yang akan diberikan para kandidat jika terpilih.
Menyikapi itu, tidak sedikit kandidat yang menelurkan janji-janji politik yang bersentuhan dengan situasi masyarakat. Strategi seperti ini kerap kali ampuh karena masyarakat melihat jika seorang kandidat menawarkan hal-hal yang konkret. Walau sekadar janji, tetapi karena isinya konkret, masyarakat kerap kali gampang tergiur.