Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

"Father's Day", Memaknai Sosok Ayah yang Tertantang di Masa Krisis

Diperbarui: 21 Juni 2020   18:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Happy Father's Day (Gambar: KJERSTI.ALNES/TWENTY20 via cbc.ca)

Hari ini (Minggu, 21/6/20), masyarakat Filipina merayakan hari ayah. Father's day. Saya tahu ini sejak kemarin (20/6/20). Di salah satu saluran radio, para reporter kerap melontarkan ucapan selamat hari ayah. Lantas, saya coba mengecek kapan hari ayah dirayakan. Ternyata itu jatuh di hari Minggu. Hari ini.

Perayaan hari ayah ini seolah menggenapi perayaan hari ibu, Mother's day yang baru terjadi beberapa pekan lalu. Entah hari ayah ada karena hari ibu, ataukah sebaliknya, saya juga kurang tahu. Paling tidak, perayaan ini membahasakan tentang pentingnya keberadaan ayah dan ibu dalam sebuah keluarga.

Juga, tidak terlalu nyaman kalau kita hanya merayakan salah satu dari antara keduanya. Toh, keduanya, ayah dan ibu, memainkan peran yang penting dan berharga di dalam sebuah keluarga.

Ayah dan ibu adalah dua pilar penting dari sebuah keluarga. Seyogianya, tidak boleh dipisahkan. Persatuan mereka merupakan sukacita terbesar bagi anak-anak.

Cara hidup ayah dan ibu menjadi inspirasi dan landasan kuat bagi anak-anak. Makanya, perpisahan  dari kedua belah pihak menimbulkan duka bukan saja untuk suami-istri, tetapi juga bagi anak-anak. 

Sebagaimana seorang ibu, sosok ayah mempunyai peran penting dalam keluarga. Dari perspektif budaya tertentu, budaya timur umumnya, sosok ayah kerap menjadi tiang topang kehidupan ekonomi keluarga.

Ayah yang mesti bekerja. Ayah yang mesti mencari pendapatan dan memberikan makanan untuk keluarga. Juga, ayah yang mesti menjadi orang terdepan untuk memecahkan persoalan di dalam sebuah keluarga.

Karenanya, saat gambaran itu tidak nampak pada sosok seorang ayah, banyak pertanyaan yang mencuat dan bahkan muncul keraguan pada kemampuan dan perannya sebagai seorang ayah. Apalagi jika seorang ayah tidak bisa memberikan yang terbaik bagi anak-anak, ini akan memberikan kesan negatif bagi sosok seorang ayah.

Atau juga, jika sosok ibu lebih berperan dan ayah hanya tinggal diam di rumah. Tanpa melakukan banyak hal. Banyak orang juga pasti mempertanyakan peran seorang laki-laki sebagai sosok ayah.

Pernah saya mendengar komentar demikian. "Kalau tidak mampu menafkahi anak-anak, untuk apa menikah dan membangun keluarga." 

Komentar ini terlahir karena memang di balik sosok ayah, ada tuntutan yang dipikul dan dipertanggungjawabkan. Tuntutan itu bukan saja dari lingkup keluarga, tetapi itu juga dari konteks sosial secara luas.

Saat seorang laki-laki menikah, dia menjadi seorang suami dan siap berperan menjadi ayah. Dua peran yang mesti dimainkan secara seimbang dan bertanggung jawab.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline