Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Sistem Barter, Cara Lama yang Kembali Guna Bertahan Hidup di Masa Karantina

Diperbarui: 22 April 2020   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sistem barter. Foto: thebarterbubble.com

Kebijakan karantina wilayah mempunyai pelbagai konsekuensi. Salah satu konsekuensi yang nampak jelas adalah ruang gerak masyarakat yang dibatasi.

Padahal, tidak sedikit masyarakat yang mesti keluar rumah, pergi ke tempat lain untuk mencari nafkah. Saat ruang gerak ini dibatasi, pendapatan dan kebutuhan hidup semakin menipis. Kehidupan ekonomi dari tingkat pusat hingga lingkup keluarga mengalami ketidakstabilan.

Keterbatasan kebutuhan harian menjadi salah satu tantangan yang terjadi di balik keputusan penguncian wilayah. Sumbangan dari pelbagai sektor, baik itu pemerintahan maupun swasta, belum tentu mencukupi kebutuhan harian selama masa penguncian wilayah.

Bahkan uang bisa tidak bernilai apa-apa kalau tidak ada kebutuhan yang tersedia untuk dibeli. Salah seorang tetangga menceritakan pengalamannya ke pasar selama masa karantina.

Situasi di pasar ikut aturan yang digarikan dalam kebijakan penguncian wilayah. Selain pembeli yang dibatasi, para penjual juga ikut dibatasi. Tujuannya, untuk mengurangi situasi ramai. Namun, dampaknya barang yang dijual juga ikut terbatas. Pasalnya, seorang pedagang belum tentu mempunyai semua barang yang dibutuhkan konsumen.

Tetangga saya ini saja mendapat urutan terakhir masuk ke pasar. Barang yang dibutuhkan tidak ada. Walau ada uang, tetapi kalau barang yang dibutuhkan tidak dijual, jadinya nilai uang menjadi sia-sia.

Selain itu, fenomena menarik yang terjadi di tengah masyarakat adalah pertukaran barang. Barang di sini adalah bahan makanan. Pertukaran bahan makan. Atau dikenal dengan sistem barter.

Ini terjadi di salah satu desa yang saya kunjungi. Desa ini ikut berdampak karena kebijakan penguncian wilayah. Sebagian penduduk di desa itu adalah para pekerja bangunan. Ketiadaan pekerjaan memaksa mereka untuk tinggal di rumah.

Walau demikian, salah seorang penduduk berkisah tentang sistem barter. Pertukaran antara bahan makanan. Dia menukar berasnya dengan ikan dari salah satu penduduk.

Desa ini terletak dekat dengan sungai. Faktor kedekatan dengan sungai ini, beberapa orang menghabiskan waktu di sungai. Mencari dan menangkap ikan.

Aktivitas ini bukanlah sumber mata pencarian mereka. Kadang-kadang saja mereka ke sungai. Itu pun terjadi kalau mereka mempunyai waktu luang.  Namun situasi berubah semenjak masa penguncian wilayah. Sungai menjadi alternatif untuk mencari dan mempertahankan hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline