Semalam saya mendapat pesan dari salah satu saudari saya dari Flores. Dia menanyakan kabar saya berada di tengah situasi karantina di Filipina.
Tanpa basa-basi, saudari saya ini langsung menginformasikan jika di rumah sakit daerah kami sudah ada pasien dalam pengawasan (PDP) Corona.
Dari pesan itu, saudari saya ini terlihat agak sedikit cemas. Apalagi salah seorang saudara saya bekerja di rumah sakit tersebut.
Sembari memberikan peneguhan, saya hanya meminta untuk tidak panik dan berusaha mengikuti aturan medis dalam melawan Covid-19. Arahan pemerintah dan pihak medis sangatlah jelas. Sekarang tinggal kita yang mesti mengikuti dan mentaati arahan tersebut.
Berita tentang pasien PDP Corona di rumah sakit daerah kami ini kian mencemaskan saat beliau dinyatakan meninggal dunia pagi ini.
Semalam beliau masih dirawat di rumah sakit daerah, tempat di mana keluargaku tinggal. Mungkin karena keterbatasan fasilitas dan soal rujukan rumah sakit penanganan Corona, yang bersangkutan dipindahkan ke rumah sakit kabupaten tetangga. Rumah sakit ini menjadi salah satu rujukan penanganan Corona. Tidak sampai sehari berada di rumah sakit kabupaten tetangga, pasien ini dinyatakan meninggal dunia.
Sejauh ini, belum ada pernyataan resmi kalau beliau dinyatakan positif Covid-19. Statusnya masih sekadar pasien. Pasien Dalam Pengawasan. Hasilnya bergantung pada penyelidikan lebih lanjut.
Seturut beberapa berita, beliau ini mempunyai beberapa indikasi yang serupa dengan penyakit Covid-19. Mungkin karena keterbatasan fasilitas, pihak medis tidak serta merta menyatakan kalau yang bersangkutan menderita Covid-19 ataukah menderita penyakit lain. Harapannya penyakit lain.
Saya sendiri sulit dan cemas membayangkan kalau andaikata ternyata pasien itu positif Covid-19. Kecemasan saya dilatari oleh dua hal.
Pertama, bayangan saya pada ketersediaan fasilitas kesehatan. Di wilayah Jawa saja, ketersediaan alat perlindungan diri (APD) masih terbatas. Padahal wilayah Jawa bisa dikatakan mempunyai akses yang mumpuni bila dibandingkan dengan tempat kami di wilaya Indonesia Timur.
Karena keterbatasan ini, pemerintah pusat bahkan mesti memesan tambahan APD dari China untuk melengkapi fasilitas perawatan Corona sejumlah tempat.