Keamanan dunia, secara khusus di Timur Tengah mungkin sedang menghadapi cobaan yang serius. Pada hari ini hampir semua media seluruh dunia memberitakan kematian salah seorang Jenderal top dari Iran, Jenderal Qassem Soleimani di Irak.
Penyebab kematiannya karena serangan drone kiriman Amerika Serikat di bandara internasional Baghdad, Irak.
Setelah peristiwa ini, Departemen Pertahan Amerika Serikat, Pentagon menyatakan kalau penyerangan itu merupakan perintah dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (CNN.com 3/1/20).
Jadi, peristiwa pembunuhan ini bisa menyangkut relasi antara kedua negara, Amerika Serikata dan Iran.
Jenderal Qassem Soleimani merupakan figur yang disegani tidak hanya di negaranya sendiri, tetapi juga di Timur Tengah. Ia merupakan pemimpin operasi militer Iran di Timur Tengah dan mempunyai pengaruh besar dalam soal situasi di Timur Tengah.
Di Iran dia dipandang sebagai orang kedua setelah presiden. Bahkan dia dipandang sebagai presisden masa depan untuk Iran.
Namun di mata Amerika Serikat, Soleimani dipandang sebagai seorang pembunuh dan teroris. Soleimani dinilai membantu militan Shia dalam membunuh pasukan Amereika Serikat selama invasi ke Irak, mendukung presiden Assad dalam membunuh rakyat selama perang sipil yang terjadi di Siria dan mendukung pembunuhan ratusan orang yang kontra dengan Iran di Irak (Daily mail. 3/2/20).
Meski demikian, Jenderal Soleimani sangat dicintai oleh rakyat Iran. Terlahir dari keluarga petani miskin di Provinsi Kerman, Iran pada tahun 1957, Soleimani memulai karirnya dari bawah hingga menjadi salah satu tokoh dan Jenderal militer yang disegani di Iran.
Berkat dedikasi dan kecintaannya pada tanah airnya, Soleimani dinilai sebagai salah satu tokoh popular yang pro rejim Iran saat ini.
Sebagai tokoh yang disegani dan ditakuti, Soleimani pernah mengalami usaha pembunuhan dari lawan-lawannya. Namun usaha-usaha itu gagal hingga dini hari tadi (3/1/20), Soleimani berakhir di tangan drone kepunyaan negara Amerika Serikat.
Kematian Jenderal Soleimani ditangisi oleh rakyat Iran. Dia dinilai sebagai seorang pahlawan. Bahkan media di Iran mengabarkan kalau negara akan berduka secara nasional selama tiga hari (Daily mail 3/1/20).