Judul tulisan ini merupakan pesan dari Paus Fransiskus, pemimpin umat Kristen Katolik pada perayaan misa di Vatikan hari Minggu (29/12). Perayaan misa ini bertolak dari tema perayaan hari itu yakni hari keluarga Kudus. Model keluarga kudus bagi umat Kristen Katolik nampak dalam diri Maria, Yosef dan Yesus. (ABS-CBN News 30/12/19)
Mengutip kehidupan keluarga kudus ini, Paus Fransiskus mengatakan kalau cara hidup keluarga kudus nampak lewat berdoa, bekerja dan berkomunikasi satu sama lain.
Bertolak dari pengalaman keluarga kudus ini, Paus Fransiskus menyerukan setiap keluarga untuk berkomunikasi antara satu sama lain. Berkomunikasi itu terjadi tidak hanya melalui medium tertentu, tetapi berkomunikasi secara langsung (face to face). Setiap orang yang bertatap muka secara langsung mesti berbicara dan membagi kisah tanpa ada pihak ketiga yang mengganggu momen komunikasi tersebut.
Salah satu momen berkomunikasi di dalam keluarga terjadi saat adanya jamuan makan bersama. Dalam jamuan makan itu, setiap anggota keluarga didorong untuk membangun sebuah komunikasi. Jadi, jamuan makan bukan hanya kesempatan untuk mencicipi makanan, tetapi itu juga menjadi kesempatan untuk berbagi kisah di antara satu sama lain.
Komunikasi yang intens dan mendalam menjadi mungkin terjadi kalau tidak adanya pengganggu atau pihak ketiga. Dalam konteks saat ini, pihak pengganggu dalam berkomunikasi secara langsung yang sering hadir itu bisa berupa kehadiran phone dan TV.
Kadang kala terjadi TV dinyalahkan saat keluarga sementara makan bersama. Konsentrasi pastinya buyar karena orang bisa saja lebih fokus pada tayangan di TV dan melupakan jamuan makanan dan berkomunikasi dengan orang di sekitar.
Phone juga menjadi salah satu pihak pengganggu yang rampan terjadi saat ini. Tidak jarang terjadi saat ada makan bersama, beberapa orang sibuk bermain dengan phone mereka. Bahkan phone dan piring kadang diletakan bersebelahan.
Tidak jarang juga terjadi kalau saat makan bersama, anak-anak bermain phone dan orangtua berbicara lewat phone. Jadinya, fisik eksis di tempat makan tetapi pikiran dan hati berada di tempat lain. Ujung-ujungnya komunikasi di dalam keluarga menjadi mandek.
Bahkan saya pernah melihat kalau orangtua menggunakan phone untuk menarik perhatian anak-anak agar bisa makan. Mereka menyuapi anak-anak sembari anak-anak bermain phone.
Dampaknya tidak hanya pada ketergantungan anak pada phone, tetapi pada mentalitas anak. Bisa saja mereka akan tidak menjadi peduli dengan situasi dan keberadaan orang-orang di rumah. Dengan kata lain, phone menjadi lebih berharga daripada keberadaan orang lain.
Ya, phone di satu sisi memberikan kemudahan dalam berkomunikasi. Tetapi di sisi lain, phone juga membatasi orang berkomunikasi. Tertutama komunikasi secara langsung.