Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Long Distance Relationship Tidak Perlu Ditakutkan, Kalau Setiap Orang Saling Percaya

Diperbarui: 21 Desember 2019   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi long distance relationship (Sumber: www.popbela.com)

Tidak sedikit pasangan yang begitu khawatir menjalin relasi jarak jauh atau biasa disebut dengan long-distance relationship (LDR). Kekhawatiran itu bisa dilatari oleh pengalaman dan cerita orang lain.

Pengalaman dan cerita orang lain itu menciptakan asumsi di dalam diri kalau relasi jarak jauh bisa bermuara pada keretakan dan akhir dari sebuah relasi. Padahal pengalaman dan cerita bisa menjadi standar untuk membenarkan pengalaman kita.

Di masa kini, tidak sedikit pasangan yang melakukan relasi jarak jauh atau LDR. Salah satu alasan adanya LDR adalah karena faktor kerja.

Banyak pasangan yang berhasil mempertahankan relasi mereka walaupun jarak memisahkan mereka untuk bertemu secara langsung. Ini menunjukkan kalau LDR bukanlah hal yang perlu ditakuti.

Sebut saja namanya, Mawar. Asal Filipina dan bekerja di Singapura. Mawar pulang ke kampungnya di salah satu provinsi di Filipina pada bulan Desember ini bukan untuk merayakan Natal bersama keluarga, sebagaimana tenaga kerja lainnya, tetapi untuk menikah.

Biasanya, pada masa Natal, banyak tenaga kerja dari luar negeri asal Filipina mudik dan pulang ke kampung. Mungkin karena tradisi Natal di Filipina begitu kuat sehingga ini mendorong banyak orang untuk mudik ke kampung halaman.

Kali ini Mawar mudik dari Singapura untuk melangsungkan pernikahannya. Sudah lama dia memimpikan relasi pernikahan yang terjadi di Gereja. Karena jarak dan pekerjaannya, niat untuk menikah itu kerap kali ditunda.

sumber foto: Kompas.com

Akhirnya relasi Mawar dan kekasihnya yang sudah terbangun sembilan tahun itu akan berakhir lewat perayaan nikah di gereja.

Secara umum, relasi sembilan tahun itu hanya berlangsung jarak jauh. Media sosial menjadi jembatan selain daripada kesempatan cuti untuk pulang kampung.

Menurut suaminya, kalau sang istri pulang kampung sekali dalam waktu dua tahun. Kalau pulang setahun sekali, biaya transportasi dan uang saku ditanggung sendiri.

Tetapi kalau pulang sekali dalam dua tahun, biaya-biaya itu ditanggung oleh orang yang mempekerjakannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline