Melamar seorang perempuan untuk dijadikan istri adalah budaya yang sudah menjadi bagian dari relasi sosial. Biasanya, pihak laki-laki yang berinisiatif untuk melemar perempuan. Tentunya, perempuan juga sudah tahu dan sadar dengan lamaran itu.
Proses lamaran pun bergantung pada konteks budaya dan keluarga tertentu. Ada yang terlihat berbelit-belit dan ada yang cukup simpel.
Lamaran mungkin tidak berlaku untuk budaya "Tarik Istri" (pulling wife) pada suku Hmong di Vietnam.
Dalam budaya ini, seorang perempuan akan dijadikan seorang istri tanpa melewati proses lamaran.
Saya tertarik menulis tentang budaya unik ini setelah menyaksikan film dokumenter di salah satu stasiun TV.
Film dokumenter itu sebenarnya tentang penjualan perempuan untuk dijadikan istri di Cina. Mereka menyebutnya dengan penjualan pengantin wanita.
Konteks film dokumenternya itu berada di wilayah perbatasan antara Cina dan Vietnam.
Menurut film dokumenter ini, salah satu hal yang melanggengkan penjualan pengantin wanita di Cina adalah karena budaya yang dihidupi masyarakat Vietnam. Budaya itu adalah budaya "Tarik Istri."
Budaya "Tarik Istri" ala suku Hmong di Vietnam ini hampir serupa dengan salah satu budaya yang pernah ada dan mungkin masih ada di wilayah Manggarai, Flores.
Orang Manggarai biasanya menyebutnya dengan "Wendo Wina." Secara harafiah, "Wendo Wina" berarti "bawa lari istri." Makna sebenarnya adalah seorang pria akan membawa pergi seorang perempuan ke rumahnya walaupun tanpa sepengetahuan keluarga pihak perempuan.
Menurut cerita, "wendo wina" terjadi saat seorang laki-laki akan mengambil seorang perempuan di mana saja dan kapan saja untuk dijadikan istrinya. Biasanya "Wendo Wina" terjadi saat ada pesta di sebuah kampung.