Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Rafael Nadal, Seleksi Pemain Badminton ala PB Djarum dan Pandangan KPAI

Diperbarui: 9 September 2019   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Kemenangan Rafael Nadal (Spanyol) atas D. Medveded (Russia) dalam pertandingan seru lima set (7-5, 6-3, 5-7, 4-6, 6-4) menyisahkan detak kagum para pencinta tenis dunia. Kemenangan di US Open 2019 ini menjadi yang keempat dalam karir Rafael Nadal.

Rafael Nadal bukanlah wajah asing di dunia Tenis. Raihan di US Open merupakan gelar kesembilan belas bagi pemain asal Spanyol ini. Pada saat ini, pemain yang dikenal dengan "Raja lapangan tanah liat" ini menduduki peringkat kedua dunia. Bisa jadi, berkat kemenangannya di US Open 2019, peringkatnya bisa merangkak menjadi yang pertama.

Kehebatan Rafael Nadal bukanlah sebuah produk instan. Bakatnya sudah ditempah pada usia tiga tahun. Kemudian dia menjadi pemain profesional di usia lima belas tahun. Dengan kata lain, keberhasilan Rafael Nadal merupakan buah dari hasil seleksi, pembentukan dan pendidikan sejak usia kecil.

Keberhasilan Rafael Nadal mengajarkan kalau keberhasilan di dunia olahraga bukanlah sesuatu yang gampang. Bakat mesti diasah semenjak usia dinih. Saya kira keberhasilan Rafael Nadal adalah salah satu contoh dari keberhasilan banyak atlit yang mana dididik sejak usia dinih.

Di balik keberhasilan Rafael Nadal di US Open 2019, dunia bulu tangkis tanah air berhadapan dengan polemik yang cukup menarik.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengklaim kalau seleksi yang dilakukan oleh PB Djarum untuk beasiswa tahun 2019 merupakan sebuah bentuk eksploitasi anak. Apa alasan KPAI kalau seleksi itu sebagai bentuk ekspolitasi?

Kalau ditelan bulat-bulat pada pandangan KPAI ini, kita bisa menilai kalau pandangan KPAI sangat menyesatkan dunia olahraga. Karenanya, kita mesti menelaah dengan baik pandangan KPAI agar kita mempunyai pemikiran yang jelas.

Sejauh ini, ketua KPAI, Susanto berusaha untuk mengklarifikasi pandangan mereka. Seturut dikutip pandangan ketua KPAI dalam Kompas.com (9/9/19), intinya KPAI mendukung audisi PB Djarum. Yang dipersoalkan adalah penggunaan nama merek, logo, dan gambar produk tembakau dalam proses seleksi tersebut. Hal ini diatur seturut Peraturan Pemerintah no. 109 tahun 2012.

Di satu sisi, seleksi PB Djarum ini sendiri merupakan bentuk pencarian bakat sejak usia dini. Tujuannya jelas agar PB Djarum dan bahkan bangsa Indonesia terus menghasilkan dan mempunyai pemain andalan di dunia bulu tangkis.

Karenanya, KPAI mesti menjelaskan pandangan mereka dalam melihat usaha PB Djarum sebagai bentuk eksplotasi anak tanpa mengebiri seleksi itu sendiri. Saya kira KPAI, PB Djarum dan komisi olahraga mesti duduk bersama untuk berdiskusi dan mencari solusi yang tepat sasar. Tujuannya agar setiap komponen tidak boleh dirugikan. Seleksi bakat anak berjalan terus dan fungsi kontrol KPAI mendapat tempat di hati masyarakat.

Keberhasilan Rafael Nadal dalam dunia tenis merupakan hasil usahanya dari masa kecil. Semoga keberhasilannya menjadi inspirasi bagi siapa saja untuk membentuk bakat dan talenta anak sejauh usia kecil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline