Lihat ke Halaman Asli

Undangan Jokowi, Kompasioner dan Transparansi Admin

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya ada banyak hal di Kompasiana yang tidak saya ketahui, mungkin juga tidak diketahui sebagian Kompasianer lainnya. Atau mungkin memang ada informasi-informasi yang diperuntukkan untuk semua Kompasiana, yang mudahnya sebut saja informasi di atas tanah, dan informasi-informasi yang digelontorkan di bawah kaki-kaki para kompasianer oleh para kompasioner sendiri. Biasalah berbagai gosip, intrik dan mungkin juga intimidasi antar Kompasioner, namanya juga blog keroyokan, dengan berbagai kepala dan ide yang saling bersilang. Namun yang memprihatinkan, belakangan sepertinya Adminpun turut mengamini  metode komunikasi semacam itu, yaitu dengan menyebarkan informasi secara parsial pada beberapa orang yang dianggap perlu mendapatkan informasi tersebut, sekaligus menafikan orang-orang lain yang mungkin tidak dianggap penting. Fatalnya, perilaku itu dilakukan dalam konteks ketika informasi seharusnya disebarkan secara merata oleh pihak yang dianggap sebagai pengatur kebijakan dalam blog keroyokan ini. Kalau Admin sebagai pemegang kewenangan pengatur sudah bertindah tidak netral dan memilih-milih komunitas untuk sharing informasi, lalu apa guna fungsi Admin dalam mengatur lalulintas informasi dan termasuk transparansinya?

Kasus pertama yang saya catat adalah dalam lomba SDM Migas, yang ternyata nominasi pemenangnya dilakukan berdasarkan pesan pribadi, mungkin per telepon atau sms. Kehadiran dalam acara Seminar atau apalah namanya di Jakarta dan kemudian menuliskan dalam tulisan di Kompasiana ternyata menjadi salah satu penilaian pemenang. Mekanisme pemilihan pemenang, juga pengumuman nominasi, dan kemudian jumlah pemenang yang tidak sesuai dengan pengumuman yang disampaikan sebelumnya ini memicu banyak pertanyaan dari Kompasioner sebagaimana dapat disimak dalam kolom komentar pengumuman pemenang tersebut. Alasan yang disampaikan sepertinya terkait waktu yang sangat mepet. Kalau itu alasannya, bagaimana aspek manajemen waktu yang dilakukan, kalau toh tahu terlalu mepet dan tidak dapat dilaksanakan, mengapa dipaksakan? Memang tidak dapat diundur atau dialihkan waktunya? Beberapa pertanyaan itu tentu menjadi pertanyaan banyak Kompasioner yang kecewa dengan mekanisme yang terlihat tertutup dan tidak transparan tersebut.

Kasus kedua adalah dalam undangan Presiden Jokowi kepada beberapa Kompasioner, yang tulisannya dimuat dalam beberapa Headline belakangan ini. Saya heran, kapan ada woro-woro atau pengumuman akan adanya acara itu? Kalau itu sebuah undangan, mengapa Admin Kompasiana tidak menuliskan besar-besar sebagaimana biasa, karena toh ini sebuah prestasi cukup membanggakan diundang seorang Presiden. Kalau itu bukan undangan, lalu metode apa yang digunakan untuk seleksi? Sepengetahuan saya, tidak pernah ada proses pengumuman dan transparansi semacam itu, tapi tiba-tiba ada berita-berita dari beberapa Kompasioner yang tentunya sangat bangga dengan momen itu. Mencermati mereka yang diundang, maka dapat dengan mudah dapat dilihat bahwa ini adalah semacam jumpa fans, atau juga semacam penghargaan presiden atas segala puja puji yang telah dilakukan Kompasioner selama ini. Menurut saya itu sah-sah saja, hanya saja sebagai sebuah blog keroyokan yang mempunyai Admin, selayaknya kriteria itu disampaikan secara terbuka, toh kami yang mungkin dicap Jokowi Lover juga tidak akan iri dan tertarik memenuhi undangan tersebut.

Saya tidak berpretensi untuk ingin diundang Jokowi ke istana, karena saya tidak memimpikan untuk bertemu presiden, setidaknya yang sekarang. Saya hanya menyoal tata kelola blog keroyokan ini. Apabila seorang pengatur tidak menjalankan tugasnya dengan baik dan benar, termasuk dalam transparansi seseuai tata kelola yang seharusnya, maka sudah seharusnya pengatur tersebut ditegur. Dan itulah yang saya lakukan. Semoga menjadi catatan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline