Lihat ke Halaman Asli

Dora Anggraini

Mahasiswi Pendidikan Matematika Unissula 2021

Mitos atau Fakta? Anak Berkebutuhan Khusus Bisa Jago Matematika

Diperbarui: 9 Oktober 2024   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap anak adalah individu yang unik dengan kelebihan dan tantangannya. Tak terkecuali Anak Berkebutuhan Khsusus (ABK). "anak ABK juga sama seperti kita, mereka normal dengan dunia mereka sendiri" sebuah kalimat yang disampaikan dosen Pendidikan matematika Unissula Ibu Nila Ubaidah, M.Pd pada mata kuliah Pendidikan Inklusi. Mereka punya cara menikmati kehidupan mereka sendiri dan cara belajar yang berbeda dari mayoritas individu. Seperti yang kita tau sekolah-sekolah di Indonesia masih membedakan antara siswa regular dan siswa ABK, sehingga dengan hadirnya kurikulum merdeka mengajak sekolah, guru, siswa, orang tua, dan masyarakat untuk mendukung dan menyukseskan pemberlakuan sekolah inklusi di sekolah-sekolah negeri. Hal ini sangat baik karena tidak ada diskriminasi antara siswa regular dengan siswa ABK. Namun, ini tentu tidak mudah direalisasikan. Oleh karena itu, perlu kerjasama antara semua pihak.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang efektif digunakan kepada ABK adalah pembelajaran berdiferensiasi.

Apa sih pembelajaran berdiferensiasi itu?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk memfasilitasi setiap kebutuhan siswa yang beragam. Sehingga, setiap siswa dihargai, dihormati, dan difasilitasi kebutuhannya tersebut. Pendekatan ini mengakui bahwa tidak semua anak belajar dengan cara yang sama, sehingga guru perlu menyesuaikan materi, aktivitas, dan produk pembelajaran agar sesuai dengan tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar setiap anak.

Lalu, mengapa harus pembelajaran berdiferensiasi ?

  • Meningkatkan motivasi belajar: Ketika anak merasa bahwa pembelajaran dirancang khusus untuk mereka, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar dan mencapai potensi terbaiknya.
  • Meningkatkan pemahaman konsep: Dengan materi yang disesuaikan, anak ABK akan lebih mudah memahami konsep yang diajarkan.
  • Meningkatkan kepercayaan diri: Keberhasilan dalam pembelajaran akan meningkatkan kepercayaan diri anak ABK.
  • Mempersiapkan mereka untuk masa depan: Keterampilan yang diperoleh melalui pembelajaran berdiferensiasi akan membantu anak ABK menjadi lebih mandiri dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Salah satu sekolah yang sudah menerapkan sekolah Inklusi bahkan jauh sebelum adanya kurikulum merdeka adalah SMPN 1 Jogja. Tidak sedikit kendala yang SMPN 1 Jogja alami sehingga, butuh banyak penyesuaian dalam proses pelaksanaanya. Sekolah fokus untuk menanamkan mindset utamanya kepada guru bahwa setiap siswa baik itu ABK memiliki hak yang sama seperti individu lainnya dalam pendidikan. Sehingga, sekolah inklusi tidak hanya sekadar julukan dan infrastruktur yang memadai. Tetapi, mindset dan program itu sendiri yang utama.

Terdapat 20 siswa ABK dibawah bimbingan SMPN 1 Jogja. Dimana dalam proses belajarnya, diampu oleh guru pendamping khusus yang disediakan Unit Layanan Disabilitas (ULD). Namun, guru-guru juga diberikan bimbingan cara menghandle anak ABK. Sebagian besar dari 20 siswa berkebutuhan khusus yang ada adalah siswa lambat belajar. Mereka seringkali membutuhkan perhatian khusus dari guru pendamping dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika siswa ABK dipisah dan mendapat pendampingan dengan metode khusus sesuai kebutuhan yang berbeda dari siswa regular.

Selain SMPN 1 Jogja, Sekolah Luar Biasa (SLB) 1 kota Sabang. Salah satu cara pendekatan berdiferensiasi yang digunakan mereka adalah menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, seperti menonton video atau bermain sambil belajar, sangat cocok untuk anak-anak ini. Penguatan positif sangat krusial dalam meningkatkan motivasi belajar anak berkebutuhan khusus. Alih-alih hukuman, koreksi yang lembut dan penjelasan yang sederhana lebih disarankan. Salah satu guru SLB 1 kota Sabang menyampaikan bahwa setiap anak memiliki karakteristik dan gaya belajar yang unik. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan kreatif sangat diperlukan. Dengan kesabaran dan strategi yang tepat, semua anak berkebutuhan khusus dapat mencapai potensi maksimalnya.

Sekolah lainnya adalah SDN 4 Palangkaraya yang dalam sekolah inklusi, penerapan pelajaran harus dilakukan berbeda antara ABK dan siswa regular. Porsi pelajarannya juga berbeda. Jika ABK cukup diberikan satu soal pelajaran, sedangkan yang lain bisa lima atau sepuluh soal. Meskipun ABK memiliki keterbatasan dalam pelajaran, namun siswa tersebut tidak mengganggu siswa lainnya. Siswa ABK dalam pembelajaran mereka bisa  menggunakan operasi penjumlahan maupun pengurangan. Bahkan dalam menulis mereka cenderung lebih bagus. Hanya saja untuk daya tangkapnya di beberapa pelajaran lainnya yang masih kurang. Namun, tetap dari pihak sekolah khusunya guru melakukan pendampingan. Bahkan mereka tidak dapat ditinggalkan sendiri karena kondirinya tersebut.

Tak hanya sekolah dan guru yang peduli dengan siswa ABK dalam menjalankan Pendidikan. Mahasiswa juga turut andil sebagai agen of change yang dituntut pula untuk mampu menciptakan inovasi pembelajaran yang meningkatkan Pendidikan di Indonesia. Seperti mahasiswa UNNES yang menciptakan inovasi pembelajaran matematika untuk ABK yaitu produk inovasi media pembelajaran yang sangat berguna dalam membantu anak-anak berkebutuhan khusus dalam memahami konsep-konsep matematika. Mereka berhasil membuat berbagai macam media pembelajaran untuk anak-anak dengan berbagai kebutuhan khusus, mulai dari tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, hingga anak dengan spektrum autisme. 

Setiap produk media pembelajaran tersebut dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan masing-masing jenis kebutuhan khusus tersebut, dengan tujuan untuk memudahkan proses belajar mereka. Mahasiswa berhasil mengembangkan berbagai media pembelajaran matematika yang inovatif dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa berkebutuhan khusus. Misalnya, bagi siswa tunanetra, disediakan fitur audio dan braille. Siswa tunarungu dapat belajar melalui materi visual yang jelas, sementara siswa tunagrahita disajikan tampilan yang sederhana namun menarik. Khusus untuk siswa spektrum autisme, media pembelajaran dirancang dengan fokus pada visual yang berulang dan sistematis. Seluruh media pembelajaran ini memenuhi kriteria MAMAK, yaitu mudah digunakan, aman, murah, tahan lama, dan dirancang khusus untuk siswa berkebutuhan khusus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline