Lihat ke Halaman Asli

Kilang LNG Terapung atau Darat, Mana Lebih Baik Untuk Blok Masela?

Diperbarui: 25 November 2015   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Siapapun pasti merasakan anomali cuaca yang terjadi selama beberapa tahun ini, puncaknya adalah tahun ini. Cuaca ekstreem terjadi beberapa kali di banyak belahan bumi ini. Jika tahun-tahun sebelumnya curah hujan yang mengguyur sangat tinggi sehingga menyebabkan bencana banjir di banyak titik, tahun ini kemarau berkepanjangan terjadi, dan tantu kita pun merasakan dampaknya. Ada yang bilang bahwa usia bumi sudah semakin tua, ada pula yang berpendapat ini adalah dampak dari pemanasan global.

Pemanasan global ini terjadi bukan karena memang alam yang sudah bosan dengan manusia dan sengaja membuat sulit kehidupan manusia. Bukan! Pemanasan global atau Bahasa kerennya global warming ini terjadi karena ulah kita sendiri. Ulah manusia!

Bumi tempat kita tinggal ini memang terkenal kaya akan hasil alamnya. Planet dengan iklim bersahabat ini memang paling tepat untuk menjadi rumah kita. Apalagi Indonesia. Kekayaan alam di negara kita memang sudah terkenal seantero bumi ini.

Dengan menggunakan hasil bumi Indonesia sendiri saja seharusnya negara kita menjadi negara terkaya, namun ternyata bentuk eksploitasi alam yang terjadi di Indonesia terlalu liar. Kita mengeksploitasi kekayaan alam tanpa memperhitungkan dampak terhadap lingkungan.

Yang baru-baru ini ramai dibicarakan adalah rancana pemerintah yang tengah bingung memutuskan akan menggunakan bentuk pengolahan gas alam cari atau Liquified Natural Gas (LNG) dangan metode kilang darat (Onshore) atau kilang terapung (Floating).

Beberapa pihak membahas untung rugi kedua metode ini berdasarkan kacamata ekonomis. Saya bilang itu salah kaprah. Beberapa waktu lalu saya membaca artikel akun noldeforestasi yang membedah kedua metode ini dilihat dari kacamata keseimbangan alam.

Akun noldeforestasi menjabarkan sangat gamblang bagaimana dampak negatif jika pemerintah salah pilih metode pengolahan LNG. Akun tersebut tidak setuju jika pengolahan LNG menggunakan LNG kilang darat (Onshore Liquified Natural Gas / OLNG). Jika pemerintah menyetujui OLNG maka, untuk pengolahan pemerintah harus membangun kilang pengolahan seluas 800 Hektar, serta memasang instalasi pipa dasar laut.

Pembangunan kilang darat seluas 800 Hektar ini tentu perlu membuka lahan baru, bagaimana caranya? Ya hanya satu caranya, MEMBABAT HUTAN hingga 800 Hektar. Jika hutan seluas 800 Hektar lagi-lagi dibabat habis untuk industri, tentu efeknya akan merusak ekosistem di dalamnya, belum lagi jika terdapat satwa-satwa endemik yang mendiami ekosistem tersebut. Dan yang menjadi target pembabatan hutan adalah kawasan hutan di pulau Tanimbar, Kepulauan Maluku.

Bagi yang belum tahu, Kepulauan Tanimbar merupakan rumah bagi 9 spesies khas (endemik) Tanimbar. Berikut daftar 9 spesies endemik Tanimbar :
1. Kakatua Tanimbar (Cacatua goffiniana)
2. Nuri Tanimbar (Eos reticulata)
3. Perling Tanimbar (Aplonis crassa)
4. Ceret Tanimbar (Cettia carolinae)
5. Sikatan perut emas (Microeca hemixantha)
6. Kipasan Tanimbar (Rhipidura ophistherythra)
7. Anis Tanimbar (Zoothera schistacea)
8. Gosong Tanimbar (Megapodius tenimberensis)
9. Anis Larat (Zoothera machiki)

Selain punahnya satwa-satwa tersebut, keseimbangan alam sudah pasti terganggu jika hutan kembali dibabat. Pemanasan global akan semakin parah. Jika keseimbangan alam terganggu kita, manusialah yang akan merugi. Dan jika demikian, bagaimana bisnis berjalan?

Selain pembabatan hutan, OLNG juga memerlukan pemasangan instalasi pipa dasar laut. Pemasangan pipa dasar laut ini juga mengancam ekosistem terumbu karang di kepulauan Maluku. Indonesia yang terkenal akan keindahan terumbu karangnya harus dirusak demi memuluskan pengolahan LNG menggunakan kilang darat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline