Menulis dengan tema politik sebenarnya bukan keahlian saya. Tetapi menjelang pemilu ini banyak hal yang menggelitik membuat saya untuk menuliskan buah pikiran saya. Sebagai analis amatiran saya menuliskan judul harga diri telur. Hal itu diilhami dari keprihatinan saya.
Menjelang pemilu ini disinyalir ada oknum yang sengaja menawarkan uang untuk meraih suara. Besarannya berkisar antara tiga puluh ribu hingga lima puluh ribu rupiah. Teknik yang digunakan biasanya diam-diam langsung ke rumah-rumah.
Jika kita berhitung besaran uang yang diberikan tak seberapa yaitu kisaran lima puluh ribu rupiah yang seharga dengan 2 kg telur. Jika uang itu dihitung selama 5 tahun perhari hanya dihargai uang sekitar Rp. 27,39. Uang yang nominalnya sangat kecil. Maka dari itu uang yang tak seberapa jangan sampai diterima apalagi memilih karena dibayar dengan bayaran yang tak seberapa.
Mari memilih karena program dan visi misi sehingga apa yang kita pilih akan mencerminkan harapan di lima tahun yang akan datang. Sudah cukup meributkan kampret dan cebong. Sudah saatnya kita fokus untuk memilih yang sesuai dengan hati nurani.
Selamat memilih dan jangan lupa menjadi pemilih yang cerdas. Jika masih ragu, lihat kembali program kerja para calon anggota legislatif dan calon presiden yang akan dipilih. Sehingga menjadi pemilih yang sesungguhnya, bukan pemilih yang memiliki harga diri seharga telur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H