Lihat ke Halaman Asli

DONY PURNOMO

Pengajar dan Penulis

Banjir Jakarta: Dulu Salahkan Gorong-Gorong, Sekarang ?

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14237097812026940999

[caption id="attachment_350731" align="aligncenter" width="450" caption="Banjir Jakarta (Sumber: harianpos.com)"][/caption]

Banjir bak sahabat sejati untuk Jakarta. setiap musim penghujan tiba, banjir tak lupa menyambangi Jakarta dengan berbagai dampaknya. Saat banjir tahun 2012 lalu, Jokowi meninjau gorong-gorong dan menyatakan bahwa salah satu penyebab banjir adalah kecilnya gorong-gorong yang ada di Jakarta dan pada saat itu beritanya sampai menjadi trending artikel diberbagai media online.

Kini pemerintahan sudah berganti, kendali Jakarta di bawah sang Gubernur Ahok. Kini kambing hitam banjir Jakarta adalah pompa air di Waduk Pluit. Seperti yang di kutip oleh republika.co.id bahwa banjir  Jakarta karena gangguan pompa di waduk pluit. "Dari 12 pompa hanya 2 pompa yang dapat beroprasi".Ujar ahok.

Permasalahan banjir sebenarnya bukanlah pompa atau gorong-gorong melainkan semakin minimnya resapan air di DAS Ciliwung. Karena lahan sudah dikonversi menjadi bangunan sehingga persentase lahan terbuka untuk resapan air semakin berkurang dari tahun ke tahun.

Permasalahn banjir Jakarta memang masalah klasik yang tak kunjung usai, bahkan semakin parah. Masaalh banjir memang tak serta merta karena daerah Jakarta sendiri melainkan harus diselesaikan dengan daerah sekitarnya sehingga mustahil jika hanya diselesaikan Jakarta sendiri. Masalah banjir Jakarta harus di selesaikan dan ditangani secara keruangan. Mengingat posisi Jakarta adalah di Hilir DAS Ciliwung, maka air limpasan akan menuju Jakarta dengan debit air yang tinggi saat musim penghujan.

DAS Ciliwung memiliki luas DAS 347 Km2 yang meliputi Kabupaten Bogor, Kodya Bogor, Depok dan Jakarta. Jika melihat sistem DAS Ciliwung Jakarta termasuk korban dari kerusakan DAS di hulu Ciliwung. Sehingga Jakarta yang posisinya dihilir mendapat getah dari rusaknya DAS Hulu Ciliwung.

Permasalahn banjir ini hendaknya ditangani secara keruanga dengan bekerjasama dengan daerah-daerah yang berada di hulu DAS Ciliwung. Pada awal pemerintahan Gubernur Jokowi sebenarnya ini pernah diwacanakan namun nampaknya tanpa kelanjutan dan realisasi.

Sudah Saatnya Risk Trading untuk pengelolaan banjir Jakarta

Risk Trading merupakan perdagangan resiko untuk penanganan secara terpadu. Konsep ini biasa digunakan untuk perdagangan karbon. Namun, dapat pula diadopsi untuk banjir dengan cara Jakarta memberikan dana untuk pengeloaan DAS di hulu. Daerah hulu berkewajiban mengelola dan melestarikan DAS agar mengurangi resiko banjir.

Setelah dilakukan berbagai upaya pelestarian telah dilaksanakan dievaluasi apakah masih terjadi banjir karena meluapnya DAS Ciliwung. Jika masih meluap karena tingginya debit maka daerah hilir berhak menuntut daerah hulu untuk membayar kerugian yang ditimbulkan.

Revolusi mental

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline