Valencia 2015 Marquez tampak membuntuti pantat Lorenzo dengan setia dari awal balapan sampai mendekati finish, walau dia sangat cepat tapi belom juga dia mencoba menyalip motor biru bernomor 99 itu. Apabila Lorenzo juwara di Valencia dan Rossi paling tidak hanya finish ke 4, maka Lorenzo yang menjadi juwaranya. Lorenzo dan Rossi sudah memacu motor mereka melebihi batas kewajaran, mereka memberi yang terbaik untuk bisa juwara dunia MotoGP 2014, tetapi Marquez lah yang menentukan siapa yang akan menjadi Raja, dan Marquez memilih mendukung Lorenzo...Marquez THE KING MAKER!
2 taun berlalu setelah itu, AHY menyatakan dirinya kalah dalam Pilkada DKI 2017, itu artinya Ahok-Djarot dan Anies-Sandy yang akan bertarung ke "Final" memperebutkan DKI 1. Baik kubu Ahok maupun Anies akan mengerahkan segenap daya dan upaya untuk menang tetapi AHY adalah THE KING MAKER!. AHY punya posisi sentral untuk menentukan kepada siapa dukungan suaranya akan di"salurkan", benarkah demikian?
Voter independent
Kalau menilik siapa yang ada dibelakang AHY-Silvy maka kita tahu bahwa Partai pengusung mereka bukanlah partai kemarin sore apalagi partai gurem. PAN, PKB, PPP dan PD adalah partai kelas Liga Champion ibaratnya, basis masa mereka militan dan masive, tetapi melihat perolehan suara AHY-Silvy yang "hanya" 17% an saja, kita jadi berpikir dua kali.
Voter di Jakarta bukan lagi para manusia yang mudah di cucuk hidungnya, bahkan oleh partai yang mereka vote kala Pemilu lalu. Terlihat dari banyaknya suara yang memilih AHY-Silvy sama sekali jauh dari angka yang seharusnya mereka raih dari dukungan partai-partai besar itu. Sinyalemen ini membuat peta dukungan pada putaran 2 DKI bisa tidak semudah gambaran tersebut.
Partai pendukung gak mau gagal lagi
Kita tahu PAN, PKB, dan PPP berkoalisi tujuannya bukan untuk menjadi paling belakang, tetapi kenyataan berkata lain, mereka paling terpuruk diantara paslon lain dengan raihan yang jauh dari ekspektasi, gagal total. Pada putaran ke 2 ini mereka mendapati "kesempatan" lagi untuk bisa "turut" memenangkan calon nya, dan kali ini mereka harus lebih seksama menyalurkan dukungan, jangan kesalahan lalu mendukung AHY-Silvy terulang lagi.
Mereka pasti kecewa dengan PD yang memajukan calon Agus yang notabene masih abangan dan tidak dikenal, walau mereka semua pernah menyatakan ini adalah "pilihan bersama", tetapi sudah bukan rahasia kalau dalam hal itu SBY lebih dominan dalam menentukan calon, yang akhirnya jatuh kepada AHY-Silvy. Mengikuti kata PD/SBY untuk yang kedua kali tampaknya akan membuat blunder yang lebih besar lagi, saya rasa mereka akan menentukan pilihannya sendiri bukan atas rujukan dari siapapun terutama PD/SBY.
The power of Golput
Golput yang mencapai 30% ini bisa menjadi penentu di putaran ke 2 nanti, mereka menjadi Golput karena berbagai "alasan" dari sentimen pribadi atau karena masalah teknis. Apabila ada perubahan keputusan dari para Golputist bukan tidak mungkin mereka akan menjadi faktor pembeda.
Siapa yang menjadi pemenang Pilkada putaran kedua sekaligus penghuni kursi DKI 1, bukan berada di tangan AHY, tetapi berada ditangan warga Jakarta sendiri, para paslon dan Partai pendukung akan mengupayakan banyak cara termasuk menggaet para pendukung AHY, juga para Golputist. Siapa yang bisa menggait suara lebih banyak jelas dia yang akan melenggang menjadi gubernur DKI dimasa mendatang.