Lihat ke Halaman Asli

Memelihara Dualisme (PSMS)

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Seminggu belakangan PSMS Medan dalam ketegangan. Keabu-abuan dalam menentukan sikap menghadapi dualisme kompetisi yang terjadi di tanah air berujung pada dualisme di tubuh PSMS sendiri. Nama PSMS Medan terdaftar di dua kompetisi yang bersebrangan, Indonesian Premier League (IPL) dan Indonesian Super League (ISL). Mengikuti tren dualisme seperti yang terjadi di klub-klub lain seperti Persija, Arema dan Persebaya.

Tentunya ada dua kubu dengan pemikiran yang tidak sama. Perang statement di media antara kubu ISL dan IPL menghiasi headline-headline media masa di Medan. Karena itu suasana pertemuan 40 klub pemilik saham PSMS yang difasilitasi Pengurus PSMS, akhir November lalu di Garuda Plaza Hotel (GPH) diyakini dalam tensi tinggi.

Namun ketegangan hanya di awal. Rapat berjalan adem ayem dan tidak ada perdebatan yang pelik. Pertemuan membahas dualisme yang terjadi berakhir antiklimaks. Intinya tak ada yang membantah PSMS tetap berjalan di dua kompetisi.

Ketua Umum Perisai Pajak, Julius Raja mengatakan sudah terlambat untuk memperdebatkan lagi soal ISL atau IPL karena dua tim sudah berjalan. " Arah PSMS sudah jelas. PSMS yang main di IPL juga sudah jalan. Biarlah PSMS yang ISL jalan dan IPL jalan. Tidak mungkin lagi kita rubah. Harusnya sebelumnya ada voting," ujarnya.

Tudingan terhadap  PSSI yang tidak tegas menyikapi dualisme yang terjadi tak terbantahkan lagi. " Ini memang yang diciptakan PSSI.  Dualisme-dualisme seperti ini. Ketegasan dari PSSI itu tidak ada. Kalau ada ngapain kita berdebat disini," katanya.

Meskipun juga ada suara-suara yang resah melihat dualisme yang terjadi dan mengkritisi soal pilihan ke ISL. "Jangan hanya salahkan PSSI. Salahkan juga PSMS. Dibenarkan tidak oleh FIFA ada dua kompetisi. Karena kiblat kita kesana. Pak idris berani tanggung jawab gak soal pilihan ini. Kalau berbicara lebih baik dua kompetisi ini digabung.  Kita saja di PSMStidak tahu lagi dimana PSMS berkiblat. Kalau dikemudian hari ISL tidak disahkan, ke laut kita," ujar Fauzi Hasballah dari Kesawan Putra.

Sebelumnya Sekretaris Umum PSMS, Idris memaparkan alasan mengapa pihaknya memilih ISL. "Awalnya kami mungkin sepakat ketika PSMS memilih liga resmi. Tapi pembagian 70:30 yang ditawarkan konsorsium kepada kita secara tidak langsung membuat PSMS terjual. Konsorsium juga tidak memberikan uang jaminan 15 Miliar yang kita minta, tidak mungkin pemain digaji pakai surat jaminan," ujarnya.

Pemahaman soal pembagian saham ini coba dikoreksi Dolly Siregar dari PS Padang Lawas. "Pembagian saham 70:30 yang dimaksud bukan soal kepemilikan. Tp pembagian keuntungan. Dan itu sudah trtulis di MoU," ujarnya turut diamini Johnny Sembiring.

Rapat diakhiri dengan pembagian uang pembinaan sebesar Rp.2,5 juta plus lima buah bola kepada peserta Turnamen Rahudman Cup. Rapat pun berakhir dengan senyuman tanpa menyelesaikan permasalahan. Mengendorkan kembali urat syaraf yang sebelumnya tegang antar dua kubu.

Kesimpulannya kedua kubu dipersilahkan menjalankan opsi pilihannya masing-masing. Soal benar atau salah sepertinya berkiblat pada ungkapan klasik "biar waktu yang menjawab". Seakan tak sadar kalau di luar gedung rapat, dahi publik pecinta sepakbola Medan berkerut memikirkan nasib tim pujaannya.

Tak dipungkiri dua musim berlalu sejak turun kasta, ekspektasi publik Medan memang menggunung ingin melihat kembali tim pujaannya berlaga di level 1. Lalu kondisi apakah sudah  menjawab ekspektasi dan layakkah ini dianggap sebuah kebanggaan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline