Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Pembelajaran Budaya dan Kewarganegaraan untuk Keutuhan Indonesia

Diperbarui: 19 Februari 2019   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia disebut-sebut oleh Elizabeth Pisani sebagai an improbable nation di dalam bukunya "Indonesia, etc". Bagaimana tidak. Gugusan 13000 lebih pulau, 300an suku bangsa di berbagai daerahnya dengan sekitar 700 bahasa, budaya, dan pandangan hidup yang sangat beraneka ragam. Indonesia bisa ada hari ini karena kombinasi abu vulkanik dan angin laut menghasilkan rempah-rempah, dan rempah-rempah bagi orang Eropa adalah barang mewah yang menarik mereka untuk datang berbondong-bondong dan berdagang. Tidak puas dengan perdagangan, mereka menerapkan monopoli, mendirikan sistem pemerintahan kolonial, yang menyebabkan ketidakpuasan masyarakat dan berujung perang kemerdekaan. Indonesia modern terlahir dari ketidakpuasan masa lalu tersebut (Pisani, 2014). Dan hari ini semua manusia yang lahir di dalam batas geografis negara yang bernama Indonesia ini "dipaksa" untuk hidup di bawah satu bendera dengan segala keanekaragaman manusianya.

Hidup dalam kebhinnekaan menuntut seluruh orang Indonesia untuk memiliki literasi budaya dan kewarganegaraan yang tinggi, karena ketahanan (survival) kita sebagai suatu bangsa negara sangat ditentukan oleh keberhasilan semua manusianya merajut sebuah anyaman sosial yang harmonis dari elemen-elemen yang beragam ini. Keutuhan Indonesia sudah sering kali mengalami berbagai ancaman disintegrasi sepanjang sejarahnya berdiri, karena ketidakpuasan sebagian masyarakat akan pelaksanaan kehidupan bernegara. Beberapa gerakan separatis yang pernah terjadi antara lain: Maluku Selatan, Riau, Aceh, Yogyakarta, Bali, Papua, Kalimantan, Sumatera Barat (Minangkabau), dan satu lagi yang kita tahu kini benar-benar sudah lepas, Timor Leste (d/h Timor Timur). Hingga saat ini, masih terus ada gerakan-gerakan yang mengarah kepada separatisme di berbagai daerah. Mempertahankan persatuan Indonesia memang adalah suatu PR yang berat.

Selain gerakan separatisme daerah, keanekaragaman agama juga seringkali jadi sumber konflik masyarakat Indonesia, menambah kerumitan masalah mempertahankan persatuan Indonesia. Pelarangan ibadah, penganiayaan dari umat beragama satu ke agama lain, pembakaran rumah ibadah, kerap kali menghiasi berita-berita Indonesia.

Maka dari itu, kita sebagai warganegara Indonesia membutuhkan literasi akan kewarganegaraan dan kebudayaan yang mendalam. Kita perlu belajar terus menerus tentang sejarah Indonesia, tentang tetangga kita yang mungkin berbeda suku dan agama. Kita perlu belajar kearifan lokal dari orang-orang yang berbeda suku dan agama. Kita perlu belajar terus tentang sistem politik dan tatanegara kita.

Profesor Anita Lie mengemukakan bahwa pendidikan politik seharusnya tidak hanya menjadi tanggung jawab guru PKn saja di sekolah, namun menjadi tanggung jawab semua pendidik. Beliau menggagas bahwa mata pelajaran sosial bisa diperkaya tentang pembahasan mengenai isu korupsi, guru matematika bisa melakukan kalkulasi simulasi gaji ASN dan APBN, mata pelajaran agama akan lebih membumi jika menyentuh masalah radikalisme dan terorisme. (Kompas 19 Februari 2019).

Literasi akan budaya dan kewarganegaraan membuat kita mengenal aneka ragam umat manusia dengan klasifikasinya: mulai dari anggota keluarga, teman-teman, tetangga, teman kantor, warga sekota, warga sesuku bangsa, dan sesama warganegara Indonesia, hingga orang-orang dari bangsa lain. Dengan literasi budaya dan kewarganegaraan kita juga belajar mengenal siapa diri kita sebagai seorang individu, sebagai anggota keluarga, sebagai anggota suku bangsa, sebagai seorang warganegara Indonesia, dan sebagai umat manusia. Dengan demikian kita akan mempunyai pemahaman lebih mendalam tentang keanekaragaman manusia, kita bisa mengapresiasi keanekaragaman tersebut, dan mengasihi sesama umat manusia. Dengan demikian kita terhindar dari sikap saling curiga, rasis, dan kebencian SARA. Dan dengan demikian juga kita bisa bekerja sama antar sesama anak bangsa atau sesama umat manusia untuk menuju hidup yang dahsyat. Masa depan keutuhan Indonesia sangat bergantung pada hal ini. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline