Lihat ke Halaman Asli

Donny Adi Wiguna ST MA CFP

CERTIFIED FINANCIAL PLANNER, Theolog, IT Consultant, Photographer, dan Guru bikin Kue dan Roti

Memahami Perekonomian Indonesia

Diperbarui: 29 April 2023   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Ekonomi neoliberalisme adalah sebuah teori dan praktik ekonomi yang mendukung privatisasi, deregulasi, dan liberalisasi perdagangan. Pada abad ke-21, teori ekonomi neoliberalisme menjadi semakin populer di banyak negara di seluruh dunia, terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Namun, banyak kritikus yang mengatakan bahwa neoliberalisme telah menyebabkan ketimpangan sosial dan ekonomi yang semakin memburuk, terutama di negara-negara berkembang.

Salah satu ciri khas ekonomi neoliberalisme adalah kebijakan privatisasi, di mana pemerintah melepas kendali atas sektor publik seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur ke sektor swasta. Pendukung neoliberalisme berpendapat bahwa privatisasi akan meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya, tetapi kritikus mengatakan bahwa hal itu mengakibatkan masyarakat kurang mampu sulit mengakses layanan publik dan meningkatkan ketimpangan ekonomi.

Deregulasi juga menjadi ciri khas ekonomi neoliberalisme, di mana pemerintah menghapuskan hambatan bisnis seperti aturan lingkungan dan kesehatan. Pendukung neoliberalisme berpendapat bahwa deregulasi akan mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja, tetapi kritikus mengatakan bahwa hal itu mengakibatkan kerusakan lingkungan dan eksploitasi pekerja.

Liberalisasi perdagangan juga menjadi salah satu ciri khas ekonomi neoliberalisme, di mana pemerintah mengurangi hambatan perdagangan dan meningkatkan akses pasar global. Pendukung neoliberalisme berpendapat bahwa liberalisasi perdagangan akan meningkatkan perdagangan internasional dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi kritikus mengatakan bahwa hal itu mengakibatkan kerugian bagi pekerja dan petani lokal.

Dalam praktiknya, neoliberalisme telah menghasilkan keuntungan ekonomi yang signifikan bagi sebagian orang, terutama di negara-negara maju. Namun, banyak kritikus yang mengatakan bahwa neoliberalisme telah meningkatkan ketimpangan ekonomi dan sosial, serta memperburuk kondisi lingkungan. Di negara-negara berkembang, neoliberalisme sering dikaitkan dengan privatisasi yang tidak berkesinambungan, pengurangan belanja publik, dan kerentanan terhadap tekanan pasar global.

Dalam rangka membangun ekonomi yang lebih berkelanjutan dan inklusif, beberapa negara telah mencoba untuk mengevaluasi kembali model ekonomi neoliberalisme. Beberapa negara telah memperkenalkan kebijakan yang lebih progresif, seperti pengurangan ketimpangan ekonomi, dukungan terhadap sektor publik, dan investasi dalam sumber daya manusia. Namun, perdebatan mengenai kebijakan ekonomi terus berlanjut, dan tantangan ekonomi yang dihadapi oleh dunia pada abad ke-21 tetap kompleks dan menantang.

Apakah Indonesia termasuk negara yang melakukan praktik neoliberalisme? Beberapa mengatakan demikian, ketika Pemerintah melakukan serangkaian deregulasi untuk mempermudah akses investasi masuk ke Indonesia. Namun, Pemerintah Indonesia tidak menghilangkan aturan berkaitan dengan lingkungan dan kesehatan. Sebaliknya justru muncul peraturan yang lebih ketat mengenai risiko berusaha dan risiko terhadap lingkungan.

Indonesia pada dasarnya menganut ekonomi sosialis namun jelas tidak menganut komunisme. Ada pandangan yang dibuat pada masa orde baru, bahwa meninggalkan komunisme berarti merangkul kapitalisme, yang kemudian terwujud dengan banyaknya korporasi kapitalis asing mengolah kekayaan alam Indonesia. Sebelumnya, kita juga perlu pahami apa bedanya ekonomi sosialis dan komunisme.

Ekonomi sosialis dan komunisme adalah dua sistem ekonomi yang sering kali dibicarakan dalam konteks pembicaraan tentang bagaimana negara dapat diatur dan bagaimana kekayaan dan sumber daya dapat didistribusikan secara adil. Meskipun sering kali dianggap sama, ada perbedaan penting antara keduanya.

Ekonomi sosialis adalah sistem ekonomi di mana kebijakan dan sumber daya ekonomi diatur oleh negara atau masyarakat secara kolektif. Dalam sistem ini, tujuan utama adalah untuk menciptakan kesetaraan ekonomi dan menghilangkan kesenjangan ekonomi antara kelas sosial. Sumber daya diproduksi dan didistribusikan untuk kepentingan masyarakat dan negara, bukan untuk keuntungan individu atau perusahaan swasta. Oleh karena itu, sektor swasta dalam ekonomi sosialis lebih terbatas dan diatur ketat oleh negara. Ada berbagai jenis ekonomi sosialis, termasuk sosialisme demokratis, sosialisme pasar, dan sosialisme industri. Indonesia menganut sosialisme Pancasila, yang bercirikan ada keberagaman suku bangsa, bahasa, dan budaya di seluruh Indonesia.

Sementara itu, komunisme adalah sistem ekonomi di mana kepemilikan sumber daya dan hasil produksi sepenuhnya dikontrol oleh negara atau masyarakat secara kolektif. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas, di mana semua orang memiliki akses yang sama terhadap kekayaan dan sumber daya. Dalam sistem ini, perusahaan swasta sepenuhnya dilarang, dan negara mengatur dan mengontrol seluruh aspek ekonomi. Negara bertindak sebagai pemilik tunggal, yang memutuskan bagaimana sumber daya diproduksi dan didistribusikan. Dalam teori, semua keputusan dibuat secara kolektif, namun dalam praktiknya, hal ini sering kali terkonsentrasi pada kekuatan elite politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline