Ponorogo merupakan suatu daerah yang terletak di Jawa Timur lebih tepatnya di apit oleh dua kabupaten yaitu Pacitan dan Madiun. Ponorogo merupakan sebuah kabupaten kecil yang mempunyai berbagai macam kesenian.
Ponorogo terkenal dengan keseniannya yaitu Reog Ponorogo. Saat ini, kesinian Reog sudah mendunia. Hal tersebut sangat menguntungkan Kabupaten Ponorogo, dapat dikenal di tingkat nasional maupun internasional.
Tetapi, hal tersebut tidak memberi dampak besar pada perekonomian masyarakat Ponorogo, seperti masih banyaknya kasus kemiskinan yang meradang di Ponorogo.
Kemiskinan merupakan masalah utama pada suatu daerah. Kemiskinan adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehtan yang layak.
Kemiskinan sangat berdampak pada suatu kesejahteraan masyarakat pada suatu daerah. Saat ini masalah kemiskinan juga menjadi PR utama bagi Pemkab Ponorogo. Kemiskinan yang terjadi di Ponorogo ini berpusat pada daerah-daerah terpencil yang jauh dari pusat pemerintahan.
Sebanyak 29 desa dari 303 desa di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dikategorikan sebagai desa merah atau miskin pada 2007 kemarin. Sebenarnya angka ini mengalami penurunan dari tahun 2001 dimana mencapai sebanyak 40 desa yang masuk dalam kategori desa miskin.
Berdasarkan data-data tersebut sebagian besar berada di Kecamatan Badegan dan Sukorejo. Dua kecamatan tersebut terletak jauh dari pusat kota. Sebagian besar warga desa berprofesi sebagai petani dan buruh bangunan. Bahkan banyak yang menganggur. Bahkan mereka mengonsumi gaplek jika kesulitan membeli beras.
Di desa lain di Ponorogo juga mengalami kasus kemiskinan atau disebut daerah tertinggal di Ponorogo yaitu desa Sidoarjo, Kecamatan Jambon. Di desa ini memiliki sekitar 300 penduduk yang mengidap keterbelakangan mental. Desa lain yaitu Desa Karangpatihan, Balong sekitar 69 warganya mengalami keterbelakangan mental.
Di Desa Pandak, Kecamatan Balong menempati urutan ketiga dari desa dengan jumlah penduduk keterbelakangan mental. Di desa ini terdapat 50- an orang mengalami keterbelakangan mental. Di antara 3 desa itu, Desa Sidoharjo tercatat sebagai desa yang memiliki penduduk keterbelakangan mental paling banyak.
Daerah yang memiliki banyak warga down syndrome memang hampir memiliki tipikal sama, yaitu sama-sama berada di lereng gunung, tanah berkapur yang sulit ditanami, terpencil, akses yang sulit, makanan utama tiwul, miskin, dan berpendidikan rendah. Mayoritas penduduknya juga bertani.
Lantaran berada di lereng pegununga, mengaksesnya pun tidak mudah. Setidaknya dibutuhkan minimal satu hingga dua jam untuk sampai ke desa tersebut dari pusat kota dengan menggunakan kendaraan roda empat. Tiga desa tersebut memiliki karakteristik lain, yaitu hanya memiliki satu akses masuk karena sisi-sisi jalannya tertutup oleh perbukitan dan hutan belantara.