Lihat ke Halaman Asli

Donna Dwinita Adelia

Love to hide behind words

Tips dan Trik Bernegosiasi dengan Juragan Kecil

Diperbarui: 28 Mei 2020   07:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : psychologytoday.com

Sudah tak terhitung jumlah penelitian yang menunjukkan berbagai dampak negatif dari penggunaan gawai yang berlebihan. Saya sendiri pun mengalaminya. Lupa waktu adalah dampak yang paling sering saya rasakan sekalinya si gawai sudah berada dalam genggaman. Jemari rasanya begitu gatal untuk tidak segera menyentuh ikon sosial media sekedar untuk mengecek linimasa terbaru. 

Niatnya hanya menyempatkan 5 menit saja sebelum memulai aktivitas yang lain, tetapi nyatanya beberapa jam berlalu tanpa terasa. Tetiba hari sudah beranjak siang, cucian masih menumpuk, bahan-bahan dapur belum dibeli, dan rumah masih berantakan. Semua akibat terlena bergawai sembari rebahan !

"Lalu bagaimana dengan anak-anak ?"

Rasanya tak mungkin menjauhkan anak-anak dari paparan gawai dan teknologi pada jaman sekarang. Bagi saya memberikan larangan justru akan semakin memicu keingintahuan. Saya punya satu trik mudah dalam menghadapi anak-anak saya. Biasanya saya akan turut menjadi anak-anak lagi ketika berhadapan dengan mereka. 

Bagaimanapun saya pernah berada pada rentang usia mereka. Saya pernah berada dalam pola pikir mereka. Saya pernah menjadi anak-anak juga sama dengan mereka. Kemudian apa yang terjadi ketika ada sebuah larangan ? Jujur saja, dulu saya justru jadi semakin terinspirasi untuk melanggar dan mencari tahu bagaimanapun caranya tanpa ketahuan. Apalagi jika larangan tersebut hanya berlaku untuk saya tetapi tidak berlaku di kalangan teman-teman yang lain.

Hindari Adanya Standar Ganda

Sebisa mungkin standar ganda dalam keluarga harus diminimalisir. Aturan yang hanya berlaku untuk anak-anak namun tidak berlaku untuk orang tua hanya akan menimbulkan tambahan pertanyaan yang mungkin timbul di benak anak-anak.

"Mengapa papa boleh bermain handphone sepanjang waktu sementara aku tidak boleh ?"

Dua anak saya, berumur 10 dan  6 tahun dengan karakter yang berbeda. Si sulung cenderung tenang dan penurut, sedangkan si bungsu memiliki karakter yg lebih ceria dan penghibur suasana. Si sulung biasanya akan melakukan permintaan ortunya tanpa banyak protes. Berbeda dengan adiknya yang seringkali butuh beberapa waktu untuk berkompromi sampai akhirnya mencapai sebuah kesepakatan. Dua karakter yang berbeda tapi memiliki ketertarikan yang sama pada gawai.

Pada beberapa kesempatan, anak-anak pun ingin dianggap sebagai orang dewasa. Hal ini dapat saya tangkap dari keinginan mereka untuk melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan orang lain. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka mampu. Inilah yang selalu saya ingat ketika pada suatu keadaan pemberian standar ganda tidak bisa dihindari. 

Anak-anak akan saya ajak bicara dalam dimensi yang lebih luas dengan paparan yang mudah dimengerti oleh anak seusianya. Rasa ingin tahu mereka harus dipuaskan sampai mentok hingga pada akhirnya mereka bisa menerima mengapa ada standar ganda yang berlaku untuk hal-hal tertentu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline