Lihat ke Halaman Asli

Senja yang Gelisah

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja yang gelisah

Aku bersandar pada ketiadaan.

Sebatang samsu memanja ditanganku yang mulai kering.. Kering oleh lamunan senja.

Perlahan dan pasti ketakutan-ketakutan itu markir dikepalaku..

Esok yang kemarin kutakutkan kini telah tajam tajinya..

Dengan apa aku menghadapinya?

Derap waktu berjalan seperi rentenir yang menagih disetiap petang..

Hutangku sudah menumpuk..

Sementara hatiku hanya bisa bernyanyi..

Nyanyian dari kitab yang tak pernah kusentuh lagi..

Aku ingin melangkah.. Tapi langkahku telah didahului para sarjana..

Aku ingin bicara.. Tapi caraku tak ada yang terima..

Aku ingin bertanya.. Tapi pertanyaanku dianggap tidak relevan..

Hidup sudah kepalang tanggung..

Diusiaku yang senja aku jatuh dan termenung..

Merenungkan pagiku yang sia-sia..

Dan ketakutan-ketakutan yang berpadu diwaktu petang..

Diusiaku yang senja aku hanya bisa berandai..

Andai saja aku pandai meniti pagi..

Petang tidak untuk diakuti.. Senja tidak untuk diratapi..

Dan tak perlu berjudi dengan muslihat malam..

Wahai Tuan Waktu..

Ijinkanlah aku berjalan.. Beberapa langkah saja..

Hanya untuk sekedar mencukur janggutku yang semeraut..

Agar para malaikat mengenaliku saat tiba ajalku..






BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline