Lihat ke Halaman Asli

Berawal dari Green Tea Berakhir di Pelaminan

Diperbarui: 14 November 2016   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

5 tahun tidak pernah bertemu padahal saya dan dia tinggal di kota yang sama. Tidak ada kontak fisik, kontak sosial, apalagi kontak batin. Semenjak kejadian itu, kami seakan-akan menjadi orang asing bagi satu sama lain. Hingga suatu ketika di kedai kopi daerah Jl. Sunda, Bandung kami bertemu lagi untuk pertama kalinya. Aku masuk kemudian langsung menemui pelayan disana untuk memesan minuman. Setelah urusan administrasi minuman selesai, saatnya aku memilih spot tempat duduk yang nyaman. 

Aku pun segera menuju tempat duduk dengan 2 bangku di sebrang taman. Aku tidak melihat pengunjung di sekitar sana, karena tempatnya yang sepi. Ku pikir hanya aku saja satu2nya pengunjung saat itu. Aku pun bergegas membuka laptop dan mulai larut dalam aktivitas kerja yang tak kunjung usai. Minuman pun datang, setelah aku mengucapkan terima kasih kepada pelayan pria yang gagah itu, tanpa ragu aku meneguk dengan penuh semangat matcha latte itu. Namun ada yang aneh, aku merasa di perhatikan, dan aku sadar bahwa orang itu tidaklah asing bagiku. Jantungku berdetak sangat cepat, kakiku mulai lemas, dan bulir-bulir keringat pun perlahan mulai nampak di dahi ku. Aku menyibukan diri dengan laptopku, padahal otaku dipenuhi dengan kepanikan bukan kerjaan. 

Pria itu menghampiriku dan memberikan sapaan hangatnya yang sudah tidak pernah aku dengar lagi sejak 5 tahun lamanya. Aku balas sapaannya dengan suara yang tak biasa. Aku gemetar, karena Tuhan menjawab doaku setelah 5 tahun aku menanti. Pria itu, sebut saja Rangga dia nampak bingung dengan tingkah ku. Rangga pun tersenyum dan duduk di depanku. Setelah aku mulai tenang, kami pun mulai berbincang-bincang. Setelah  terhanyut dengan perbincangan nostalgia kami, adzan Ashar pun berkumandang. Rangga pun mengajak ku untuk sholat berjamaah. Aku tersentak kaget mendengar ucapannya itu, mengingat kami berpisah karena perbedaan agama. Aku terharu karena doaku lagi-lagi dijawab Tuhan, akhirnya Rangga menjadi mualaf. Kami pun solat berjamaah. 

Di dalam doaku, aku pun menangis terharu karena akhirnya dia bisa menjadi imam ku walau hanya sholat Ashar saja. Selepas shalat berjamaah kami pun lanjut perbincangan. Usut punya usut ternyata Rangga sempat mengalami masalah yang cukup berat. Dia tidak berhasil mendapatkan pekerjaan padahal sudah puluhan bahkan ratusan perusahaan sudah dia lamar selain itu Rangga juga harus kehilangan papanya disaat ia masih membutuhkannya. Cobaan tgersebut menggiring dirinya ke sebuah mesjid di kawasan Dago, Bandung. Ia pun mulai tekun belajar Agama di sana. 

Setelah mantap dengan ilmu agama nya ia pun resmi menjadi mualaf. Allah pun memberi kemudahan untuk Rangga, setelah resmi mualaf beberapa bulan kemudian, ia melihat artikel investasi emas di internet. Rangga pun tertarik dengan investasi tersebut dan kemudian datang ke sebuah broker trading. 

Singkatnya, Rangga tertarik terjun ke bisnis trading karena dirasa mudah apalagi di broker tersebut ada layanan tradeworks yang bisa melakukan otomatisasi trading. Kebetulan aku pun kerja di broker tersebut. Mungkin ini cara Tuhan mempersatukan kami kembali. Doa ku di dengar dan dikabulkan di saat yang tepat. Alhamdulillah. Kami pun akhirnya menikah dan hidup bahagia hingga saat ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline