Jenderal TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara yang lahir pada tanggal 17 Oktober 1951. Ayahnya yaitu Soemitro Djojohadikusumo yang berasal dari Kebumen, Jawa Tengah. Ayah Prabowo merupakan seorang pakar ekonomi dan juga politisi Partai Sosialis Indonesia yang dimana pada saat itu ia baru saja selesai menjabat sebagai Menteri Perindustrian di Kabinet Natsir pada April 1952. Sedangkan Ibunya bernama Dora Marie Sigar, yang biasa dikenal dengan Dora Soemitr. Beliau merupakan seorang wanita Kristen Protestan berdarah Minahasa. Ibunya berasal dari keluarga Maengkom di Langowan, Sulawesi Utara.
Nama Prabowo Subianto dinamai oleh pamannya yaitu Soebianto Djojohadikoesomo, yang gugur dalam pertempuran Lengkong. Prabowo memiliki dua kakak perempuan yang bernama Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati, dan seorang adik laki laki yaitu Hashim Djojohadikusumo. Keluarga Djojohadikusumo memiliki garis keturunan dari Raden Tumenggung Kertanegara, seorang panglima pasukan Pangeran Diponegoro. Nama "Prabowo" diambil dari nama pamannya, Kapten Soebianto Djojohadikusumo, yang merupakan perwira Tentara Keamanan Rakyat dan gugur dalam Pertempuran Lengkong di Tangerang pada Januari 1964.
Masa kecil Prabowo sering berpindah pindah tempat di luar negeri, dari satu negeri ke negeri lainnya yang dikarenakan mengikuti tugas kedua orang tuanya. Begitupun dengan pendidikan beliau dimulai dari Sekolah Dasar di Hongkong lalu pindah ke negeri jiran untuk menyelesaikan studi menengah nya di Vicotria Institution kuala lumpur malaysia, Zurich International School di Zurich, Swiss dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di American School Inggris.
Di usia 16 Tahun, Prabowo Subianto kembali ke Indonesia, ia diperkenalkan oleh ayahnya pada kehidupan masyarakat Indonesia. Prabowo muda turut aktif dalam berbagai pertemuan yang diadakan oleh orang tuanya, yang pada saat itu dikenal sebagai pakar ekonomi dan aktivis sosialis. Prabowo mulai aktif membangun kembali jaringan sosial yang pernah dirintis oleh orang tuanya, gagasan yang ia miliki yaitu mengumpulkan kembali anak-anak para tokoh Partai Sosial Indonesia (PSI), partai yang pernah diikuti oleh orang tuanya.
Kemudian di usia 19 tahun, Prabowo bergabung untuk masuk pendidikan di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang, Jawa Tengah. Ia meyelesaikan pendidikan di AMN pada tahun 1974, namun tak sampai situ ia kemudian bergabung Komando Pasukan Khusus ( Kopassus) Angkatan Darat. Disini lah perjalanan karir nya mulai memuncak, ia menjadi komandan Peleton Para Komando Group-1. Hinga ia menjadi puncak dan menjadi orang nomor satu di Kopassus pada tahun 1996-1998.
Pada tahun 1983, Prabowo menikahi Titiek Soeharto, putri Presiden Soeharto, yang mempererat hubungan antara keluarga Djojohadikusumo dan keluarga Cendana, salah satu keluarga paling berpengaruh di masa Orde Baru. Pernikahan ini membawa dimensi tambahan dalam aspek politik dan kekuasaan keluarga Prabowo. Dari pernikahan tersebut, mereka memiliki seorang putra bernama Ragowo Hediprasetyo, yang lebih dikenal sebagai Didit Hediprasetyo. Sama hal seperti ayah nya, Didiet tumbuh di luar negeri yaitu Boston, Amerika Serikat dan memilih profesi sebagai seorang desainer yang berada di Paris, Prancis.
Setelah selesai dalam karir militer, Prabowo Subianto mengikuti jejak adiknya yang menjadi pengusaha. Prabowo memiliki 27 perusahaan di negara Indonesia dan tak hanya itu beliau merupakan seorang pemimpin dalam perusahaan tersebut. Salah satunya ia menjadi CEO PT Tidar Kerinci Agung yang bergerak dalam produksi minyak kelapa sawit dan PT Jaladri Nusantara yang bergerak di bidang perikanan.
Memasuki karir Politik, Prabowo Subianto memulai karirnya ketika mencalonkan diri sebakai bakal calon Presiden Indonesia dari Partai Golkar melalui konvensi Capres Golkar tahun 2004, beliau lolos namun suaranya kalah oleh Wiranto. Lalu ada 6 Februari 2008, Prabowo mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Di partai ini, ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Dan pada Pemilu Legislatif 2009, Partai Gerindra berhasil memperoleh 4.646.406 suara (4,46%) dan menempatkan dua puluh enam wakilnya di DPR RI.
Pada tanggal 9 Mei 2008, Partai Gerindra mencalonkan Prabowo sebagai bakal calon presiden pada pemilu tahun 2009. Namun terdapat proses tawar menawar yang dimana pada akhirnya Prabowo Subianto bersedia menjadi cawapres Presiden Megawati Soekarnoputri, terdapat suatu agenda menandatangani yaitu Perjanjian Batu Tulis yang menyatakan bahwa:
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra mencalonkan Megawati sebagai calon presiden dan Prabowo sebagai calon wakil presiden dalam pemilu tahun 2009.
Apabila keduanya terpilih, Prabowo dapat mengendalikan program-program serta kebijakan ekonomi Indonesia.