[caption id="attachment_82694" align="alignleft" width="300" caption="Saudara saya semua......"][/caption] Seorang lelaki setengah baya melintas didepan saya, teman saya membisiki " Itu masih sodaranya SBY ", saya cuma manggut2, beruntunglah orang itu ada familinya yang dibanggakan. Karena masih family presiden dia mempunyai rasa percaya diri lebih besar, bahkan mungkin harus diistimewakan dan saya dan teman saya harus bersabar memberikan kesempatan terlebih dahulu untuk sang familiy itu dari pada ribut. Begitu juga ketika saya menemui pejabat sebuah bank, orangnya masih muda yang menggambarkan karier yang cermerlang, kesan saya orang ini angkuh, gaya bicaranya feodal banget ....... lha, biasanya orang yang bergerak diperbankan ramah2 karena mengutamakan sikap partnershipnya, dalam hati saya. Bisik2 ditelinga saya dia itu masih family SBY, oooo ...... tak perlu komentar. Sikap orang2 itu adalah sikap yang mewakili karakter bangsa yang masih bersikap feodal, feodalisme itu lebih terlihat lagi didalam partai politik, kalu bisa semua keluarga besar masuk parpol yang sama. Kalau parpol itu memperoleh dukungan rakyat, kans keluarga besar untuk berkiprah dalam kekuasaan lebih besar lagi. Salahkan sikap itu ?. Tidak, karena begitulah budaya relationship bangsa kita yang masih berpegang pada kekerabatan, sungkem2an, silahturahmi hari raya dan juga soal jodohpun ditanya asal usulnya, kalau tidak satu level akan timbul pertentangan. Mengapa partai demokrat dikerjai oleh sahabat koalisinya, mungkin saja sahabat koalisinya sebal melihat kelakuan orang2 partai demokrat yang sok kuasa. Tak heran kalau sahabat koalisinya lebih mendengar SBY dari suara partai demokrat. Partai2 koalisinya merasa lebih senior, pasti merasa lebih pintar juga, diatur2 partai demokrat yang lebih junior lama2 sebel juga. Kisruh politik negeri ini sepertinya akibat kelakuan orang2 partai demokrat yang dinilai sombong, memperoleh suara terbanyak menganggap partai koalisinya sebagai pengikut, pandangan tidak sama dipaksakan harus nurut lantaran jagoannya menjadi presiden. Ibarat anak yang baru mendapat mainan bagus, partai demokrat asyik berlari2 kesana kemari, kesandung lalu jatuh, lapor kepada SBY, kawan2 nakal semua ....... ya...ya....nanti saya marahi, jawab SBY. Demokratpun sesumbar, awal lho ....nanti kalian diresufle ....... partai koalisipun kebakaran jenggot, untuk menenangkan hati ....... ah..., tidak mungkin ada resufle, tidak mungkin SBY mendepak kami, jawab golkar dan PKS. Kalau kami didepak, demokrat juga babak belur. [caption id="attachment_82689" align="alignright" width="300" caption="Sudah kelihatan kan......."][/caption] Ibarat dalam sebuah permainan anak2, Bank Century telah dijadikan mainan, subtansinya yang ingin diketahui masyarakat jauh dari harapan karena ternyata Bank Century adalah permainan orang dewasa. Apa seh isinya ?. Semua bertanya kesana kemari, demokrat sudah mendapat jawaban, tidak ada masalah, yang lain juga sudah ada jawaban, ada masalah. Ketua PPATK pun sibuk memberikan informasi, begitu juga BPK, kumpul2 data demokrat bertanya, mana buktinya.. ?. Oposasi mencari dukungan, pokoknya ada masalah. Sidang paripurna DPR sebagai ujung dari pertikaian politik kita masih perlu menunggu beberapa waktu lagi, masih ada waktu untuk melakukan silaturahmi politik , bagaimana hasilnya ........ mungkin karena semua masih famili sebangsa dan setanah air ...... damai saja, rakyat mudah2an tidak dibuat bengong dan bingung lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H