Lihat ke Halaman Asli

Memerankan Pemimpin dan Manajer ala Ridwan Kamil

Diperbarui: 29 Februari 2016   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panggung perpolitikan Indonesia pada hari Senin (29/02) yang langka di bulan Februari 2016 ini mendadak ramai. Karena pada hari ini seorang Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil menyatakan sikapnya untuk mundur dari deretan bakal calon Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta pada tahun 2017 mendatang. Hal ini disampaikan pada siaran pers yang juga ditulisnya dalam satu catatan di profil Facebook dengan nama Ridwan Kamil tersebut.

[caption caption="Foto Ridwan Kamil Wali Kota Bandung. (Sumber: Kompas.com/Dendi Ramdhani)"][/caption]

Menelaah alasan Ridwan Kamil, atau yang akrab disapa Kang Emil ini, mengingatkan diriku pada tulisan ilmiah yang berupa skripsi pada 2014 lalu. Skripsi ini adalah milikku sendiri. Pada skripsi tersebut, aku mengangkat tema semiotika dan isu yang dimunculkan adalah kepemimpinan. Pada kasus Kang Emil ini, aku hanya mengambil kecocokan pada isu kepemimpinan yang ada di skripsiku tersebut. (Baca Abstraksi Skripsi berjudul "Telaah Kepemimpinan Melalui Semiotika Peircean dalam Film Captain Phillips Karya Paul Greengrass 2013" di: Bukan Jurnal Sejarah).

Berbicara sedikit mengenai hal ilmiah, etimologi atau definisi mengenai kepemimpinan menjadi hal yang utama. Pada referensi yang aku gunakan dalam skripsi saat itu, para ahli manajemen memberikan penjelasannya mengenai kepemimpinan dengan berfokus pada perbedaan antara pemimpin dan manajer.

Kepemimpinan berbeda dengan manajemen. Ini yang disampaikan Sashkin dan Shaskin dalam buku Prinsip-prinsip Kepemimpinan, (2011). Untuk dapat memahami kepemimpinan, Dubrin dalam The Complete Ideal’s Guides: Leadership, (2002), memberikan pemahaman yang mudah dicerna dengan cara mengetahui perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen. Menurutnya, kepemimpinan berusaha untuk menciptakan perubahan, sedangkan manajemen berfokus pada pemeliharaan keseimbangan. (Dikutip dari Andrew J. Dubrin, The Complete Ideal’s Guides: Leadership, 2002. Jakarta: Prenada).

Berdasarkan penjelasan tersebut, jika menilik pada sosok Kang Emil sebagai Wali Kota Bandung, bisa saja dikatakan ia sedang memerankan dua peran sekaligus yaitu Pemimpin dan Manajer -manajer adalah orang yang melakukan aktivitas manajemen-.

Sebagai pemimpin, Kang Emil melakukan sejumlah perubahan yang inovatif terkait kebijakan-kebijakan untuk warga Bandung. Hal terbaru yang aku ketahui mengenai inovasi yang ia lakukan dalam hal kebijakan adalah dengan menyederhanakan pengurusan ijin bagi UMKM di Kota Bandung. Bahwa pelaku UMKM kini tidak lagi perlu mendaftar perijinan yang biasanya rumit. Namun mereka dipersilakan hanya melaporkan UMKM-nya kepada dinas UKM Perindag Kota Bandung melalui sebuah aplikasi yang dapat diakses secara daring (online).

Selama kurang lebih dua tahun menjabat sebagai Wali Kota Bandung, Kang Emil memang banyak melahirkan inovasi-inovasi yang berdampak positif bagi warga Bandung. Seperti pemanfaatan-pemanfaatan ruang publik dengan membangun taman tematik, melakukan perbaikan terhadap daerah aliran sungai Cikapundung agar kembali pada fungsinya juga sebagai ruang terbuka hijau, dan masih banyak lagi daftar catatan yang ia bukukan dalam hal “Mengubah Bandung” menjadi lebih Liveable.

Selanjutnya, masih berkaitan dengan kepemimpinan yang disampaikan Dubrin, dengan sikap Kang Emil yang meyatakan mundur dari panggung politik untuk Jakarta 1, ia sedang memerankan diri sebagai manajer. Di mana, fungsi manajer adalah menjaga keseimbangan antara konsep yang direncanakan dan eksekusi dari rencana yang sedang dijalankan.

Kang Emil menyadari bahwa sebagai manajer yang tengah menjalankan eksekusi konsep yang ia dan tim di pemerintahan Bandung, ia harus menjaga semua proses berjalan dengan baik. Bisa jadi, karena pengalamannya sebagai seorang arsitek, ketika menjalani proses mulai dari perencanaan konsep, eksekusi, hingga evaluasi, memang harus diawasi dan dikontrol seluruhnya. Hal ini tentu berakibat pada tahap akhir yaitu evaluasi. Maksudnya, ketika nanti konsep yang dirancang sudah terwujud, namun pada kenyataannya ada hal-hal yang tidak sesuai rencana, manajer proyek di sini menjadi orang yang bertanggung jawab. Begitulah, menurutku saat Kang Emil memutuskan untuk tidak ke Jakarta, ia sedang bertanggung jawab atas perannya sebagai Wali Kota Bandung.

Saat ini kota Bandung sedang memantaskan dirinya sebagai destinasi alternatif bagi para pelancong baik dari dalam maupun luar negeri. Ia tengah menyiapkan segala infrastruktur dan sistemnya agar dalam waktu tiga sampai lima tahun ke depan bisa menjadi "The Real Paris van Java". Sehingga para pencari hiburan wisata yang datang dari segala penjuru dunia mengenal negara Indonesia tidak hanya Jakarta saja. Ini juga yang Kang Emil tekankan pada siaran pers siang tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline