Seolah tampil sebagai orang pintar, tapi justru tampak bodoh dengan menggunakan Analogi Ngawur. Itulah Brili Agung, yang mengaku sebagai penulis dan ahli bahasa. Ini masih terkait seputar tudingan penistaan agama yang dilakukan oleh AHOK yang disampaikan di depan masyarakat Kepulauan Seribu.
Banyak kalangan yang keliru dalam menafsirkan pernyataan AHOK tersebut, termasuk diantaranya adalah Brili Agung. Alih-alih bermaksud memberi pencerahan terhadap kalimat yang diucapkan AHOK dari sisi Linguistik, tapi dia justru membuat runyam permasalahan yang ada.
Disini saya mencoba mengupas satu persatu analogi ngawur yang ditulis oleh Brili Agung. Untuk itu, berikut ini telebih dahulu saya kutip dari tulisannya;
“Membedah Sisi Linguistik Kalimat Pak Basuki”
Sebenarnya saya sudah malas untuk membahas hal ini. Namun nurani saya terusik saat pembela Pak Basuki berdalih tidak ada yang salah dengan kalimat Pak Basuki. Salah satu yang membuat saya heran adalah pernyataan Pak Nusron Wahid yang notabenya adalah tokoh NU.
Tulisan ini akan lebih difokuskan untuk membedah sisi linguistik, sisi kaidah bahasa yang beliau gunakan.
Ini adalah potongan kalimat beliau :
“Dibohongin pakai surat Al Maidah 51 macam-macam..”
Sengaja saya fokuskan pada kalimat yang menimbulkan polemik ini. Saya sudah melihat keseluruhan video, dan memang masalahnya ada pada frasa ini.
Terjemahan versi sebagian besar orang: Pak Basuki menistakan surat Al Maidah. Al Maidah 51 dibilang bohong oleh Pak Basuki.
Terjemahan versi pembela Pak Basuki: Pak Basuki tidak menistakan Al Maidah 51. Dia menyoroti orang yang membawa surat Al Maidah 51 untuk berbohong.