Lihat ke Halaman Asli

Doni Bastian

TERVERIFIKASI

SEO Specialist

Tragedi Bunga Mawar

Diperbarui: 23 Juli 2015   02:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ada sekuntum bunga mawar yang tumbuh di sudut dusun
merah merona rebakkan wangi ke segala penjuru bumi
indah kemilau bagai mahkota dewi penghuni khayangan
merekah sendiri di antara hamparan rumput ilalang

tak hanya kumbang dan kupu-kupu yang datang dan pergi
bahkan burung dan belalangpun mencoba untuk mendekati
bunga mawar nan cantik namun sayang penuh dengan duri
beribu tangan dan hati yang luruh karna t'lah tersakiti

bersama dengan putaran waktu yang mengalir apa adanya
kelopak bunga mawarpun merunduk demi seuntai kata cinta
kini dia pasrah kala tangkainya dipetik dan dibawa pulang
bersama pujaan hatinya dia rela pergi jauh melanglang

hingga sampailah pada sebuah alur peristiwa
sang mawar terhanyut dalam aliran kemewahan
tak seperti dulu saat bercengkerama di desa
kini dia telah lupa akan arti kesederhanaan

setiap detik waktu di laluinya dari meja ke meja pesta
setiap hela nafasnya senantiasa terbalut lumur dosa
tertawa di dalam lingkaran wajah-wajah lelaki muda
tenggelam dalam dekapan banyak pria yang dia suka

tak sadar diri telah jauh melangkah ketepi jurang
tak terfikirkan lagi dibenaknya makna cinta sejati
larut dalam irama musik yang mengalun bebas menerjang
terlilit oleh kisah cinta segitiga yang mengiris hati

wajah mawar yang dulu tampak segar kini tak terlihat lagi
berganti selaksa beban yang menyarat di dalam ruang sanubari
lagu kepalsuan dia nyannyikan demi menutup kebohongan
rangkaian syair tentang kebenaran makin sulit dia temukan

ditengah badai gelombang persoalan yang tak terkendali
sang mawar tersesat jalan dan tak mampu pulang kembali
berada dalam penjara rasa takut berselimut ngeri
tinggalkan luka menganga pada pasangan sejati

hingga pada suatu malam yang murung
sebilah belati menghunjam jantung
yang terjulur dari genggaman pria yang dulu meminangnya
sebagai balasan atas pengkhianatan cinta yang dilakukan

bunga mawar itu terhempas diatas kasur putih
darah mengalir deras dari tubuhnya yang bersih
lentik jemarinya mengencang demi menahan perih
kelopak daunnya luruh bersama nafas yang melirih

masih sempat mengalir dibibirnya kata maaf
sebagai kata terakhir yang mampu terucap
menyatu di dalam tetes airmata yang jatuh
berharap segala khilaf 'kan mampu terbasuh

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline