Lihat ke Halaman Asli

Doni Bastian

TERVERIFIKASI

SEO Specialist - Konsultan Pemeliharaan Ikan Koi

Ujung Perjalanan

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

waktu begitu cepat berlari
tingggalkan bercak langkah
kian panjang tak beraturan

pesan ibunda masih tertanam
sebagai lentera dalam kegelapan
terkurung dalam pusaran keangkuhan

anak angsa yang lugu dan murni
kini mulai beranjak liar dan berani
paruhnya yang dulu tampak tumpul
sekarang makin tajam dan runcing

bermain di sela rumput ilalang
terlarut dalam kubangan lumpur
mata hatinya yang dulu bening
kini perlahan keruh dan luntur

rumput hijau senantiasa menyapa
terdengar namun tak didengarkan
berdiri tanpa menapak bumi
melaju tanpa peduli rambu

bisikan nurani telah tercampakkan
demi meraup kepingan harta
sejenak terlupa janji kepada bulan
terlena kilauan cahaya kekuasaan

tak sadar diri meniti jalan berbuih
yang basah dan dingin menyegarkan
batu kerikil tajam merobek telapak kaki
tergelincir ke dalam parit kebodohan

karam di dasar lautan caci maki
telanjangi sekujur badan
terkuak serpihan aib masa lalu
menambah panjang catatan hitam

angsa liar itu meringkuk di sudut bilik bambu
terkualai lemah menanggung beban tuduhan
kedua tangannya mencoba meraih bibir jurang
memanggil kawan lama tuk sekadar berbincang

mendung gelap tak urungkan turun hujan
menggigil sendiri di malam penantian
menunggu selembar daun yang luruh
berjuta mimpi telah pergi menjauh

teringat lagi bisik ibunda menjelang tidur
yang lama tak pernah terlintas dibenaknya
rasa sesal dan gelisah menyelimuti jiwa
batin menjerit namun tak mampu bersuara

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline