Lihat ke Halaman Asli

Doni Arief

Faqir Ilmu

Makna Persaudaraan

Diperbarui: 30 Agustus 2019   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

theodysseyonline.com

Diriwayatkan dari Nu'man bin Basyir ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda: "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi, seperti satu tubuh. Apabila satu organ tubuh merasa sakit, akan menjalar kepada semua organ tubuh, yaitu tidak dapat tidur dan merasa demam." (H.R. Muslim)

Mu'min maknanya orang yang beriman. Allah swt., menciptakan manusia berbeda-beda, tetapi memiliki satu fungsi dan tujuan hidup yang sama, yaitu beribadah kepada Allah swt.

Di balik perbedaan tersebut, selayaknya manusia harus tersadarkan betapa hebatnya kreativitas penciptaan Allah swt., bahkan sampai motif yang terukir di dalam retina, guratan garis yang yang membelah jemari -sidik jari-, sampai rumus genetika di dalam tubuh manusia, tidak ada satupun di antara sesama makhluk yang keadaannya sama.
Semakin menandakan keMahakuasan Allah swt., serta semakin mempertegas betapa kecilnya manusia itu di hadapan-Nya.

Ketika Allah swt., menjadikan perbedaan untuk mengumpulkan. Maka, secara fitrah persaudaraan dalam persatuan adalah keniscayaan, di mana manusia tidak dapat menolaknya. Manusia akan menjadi manusia yang sesungguhnya, ketika eksistensinya diterima oleh manusia yang lain, maka manusia tidak boleh menolak dirinya sebagai makhluk sosial.

Dia hidup karena saling menambal kekurangan manusia yang lain, saling membutuhkan dan bekerjasama untuk saling memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sepantasnya, konsep mendasar tentang "saling membutuhkan" ini, ada di dalam pribadi mu'min. Apalagi, Allah swt., telah memberikan amanah kepada para mu'min untuk menjaga kelanggengan dan keseimbangan alam.

Sebagaimana, yang diilustrasikan di dalam hadis di atas, sesama mu'min harus mampu saling berbagi dan bekerja sama, menyusun bata demi bata, untuk mewujudkan satu bangunan yang indah dan sempurna. Mu'min yang merasakan apa yang dirasakan oleh mu'min yang lainnya, karena dia adalah cermin bagi saudara-saudaranya yang lain.

Persatuan hanya terjadi, ketika di dalamnya ada rasa untuk saling merasakan. Seperti tubuh yang terkoordinasi secara rapi dalam satu sistem saraf dan sensor sakit. Sakit gigi yang menjalar mampu melumpuhkan seluruh tubuh. Menghantam satu titik rasa sakit, namun mampu membungkam bagian tubuh yang lainnya, sehingga semuanya terjangkiti demam.

Begitulah perumpamaan mu'min kepada saudaranya lain. Saling mengasihi, saling menyayangi dan mencintai. Maka akan dipertanyakan se "mu'min" apakah kita, kalau masih bisa tertawa, ketika ada saudara kita yang kelaparan dan tertimpa musibah. Se "mu'min" apakah kita, ketika merasa tidak bersalah dan tidak mau tau, ketika saudara-saudara kita dibantai, disakiti dan dibunuh di berbagai belahan penjuru dunia.

Ingatlah, di dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 10, Allah swt, menegaskan, "Sesungguhnya orang yang beriman itu adalah bersaudara".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline