Lihat ke Halaman Asli

Doni Rahma

Panggil saja oey

Menfess Sarana Pengungkapan Rasa Secara Anonim dalam Media Sosial

Diperbarui: 17 September 2022   18:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan media sosial membuat berbagai kemudahan dalam aspek komunikasi. Beberapa kemudahan tersebut membuat manusia semakin dimanjakan dengan kehadiran sosial media sebagai alat komunikasi. Pada masa sekarang sosial media sebagai alat komunikasi menjadi salah satu aspek yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Media sosial menawarkan berbagai keuntungan salah yaitu dapat berkomunikasi tanpa Batasan jarak, ruang, dan waktu. Lebih dari itu, dalam  komunikasi bermedia sosial sekat-sekat penghalang status dan derajat sosial juga dapat dihilangkan.

Perkembangan media sosial membuat berbagai kemudahan dalam aspek komunikasi. Beberapa kemudahan tersebut membuat manusia semakin dimanjakan dengan kehadiran sosial media sebagai alat komunikasi. Pada masa sekarang sosial media sebagai alat komunikasi menjadi salah satu aspek yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Media sosial menawarkan berbagai keuntungan salah satunya yaitu dapat berkomunikasi tanpa Batasan jarak, ruang, dan waktu. Lebih dari itu, dalam  berkomunikasi lewat  sosial  media sekat-sekat penghalang status dan derajat sosial juga dapat dihilangkan.

Selaras dengaan perkembangan komunikasi media sosial muncul fenomena yang dimana para komunikan dalam media sosial ini berinteraksi menggunakan akun anonim mereka sebagai media komunikasi. Anonim sendiri merupakan pengertian yang berarti "Tak dikenal" atau "tanpa nama" yang merupakan kata yang berasal dari Yunani. Anonimitas dalam komunikasi bermedia sosial ini menurut beberapa pakar berpendapat bahwasannya Anonimitas juga dapat menjadi alat bagi para pengkritik (whistleblower) yang sangat penting dalam sebuah negara demokrasi (Zajacz, 2013:489-505). Di Indonesia sendiri fenomena anonimitas ini ditandai dengan munculnya autobase sebagai sarana komunikasi yang anonim melalui fitur automenfess. Melalui fitur tersebut pengirim diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk berkomentar, curhat, menyatakan perasaan, dan mengkritik tanpa takut untuk ketahuan siapa pengirimnya.

Dalam kurun waktu yang sangat singkat Menfess atau mention confess kemudian menjadi sarana self disclosure  secara anonim untuk mengungkapkan perasaan kepada lawan jenis bagi mereka yang merasa takut unuk mengungkapkan atau menyatakan perasaaan secara langsung. Jika melihat beberapa akun penyedia layanan mention confess seperti akun  (@smagafess3) dapat diketahui bahwa kebanyakan menfess-nya adalah tentang  asmara,  banyak remaja menggunakan layanan ini bukan tanpa suatu alasan. Menjadi anonim mungkin menjadi pilihan bagi mereka karena dengan itu mereka tidak perlu khawatir akan identitas asli dan juga meghindari stalker yang sering meresahkan bagi beberapa remaja. Disisi lain bagi mereka yang melakukan menjadi semacam dopamin atau kebahagiaan sementara karena dengan itu beban perasaan yang ada dalam pikiran menjadi berukurang dan tekanan sosial sementara dapat hilang.

Anonimitas individu pengguna layanan menfess ini juga berkaitan dengan identitas diri jika individu membuat anonimitas dirinya maka semacam hilang efek norma-norma dalam dunia nyata dan membentuk imajiner diri di media sosial atau lebih singkatnya disebut efek dissociative anonymity.  Dengan anonimitas ini individu dapat menyamarkan identitas aslinya dan kemudian membentuk identitas baru di dalam media sosial sesuai yang diinginkan. Biasanya jika seseorang membentuk identitas baru dalam media sosial maka identitasnya akan berbeda pada kehidupan aslinya.

Namun anonimitas dalam bermedia sosial ini kadang disalahgunakan oleh beberapa individu. Munculnya fenomena menfess kumudian memfasilitasi mereka untuk melakukan tindak kejahatan seperti cyber bullying yang sudah terlewat batas. Bagi pelaku ini adalah sebuah celah besar karena dengan ini identitas mereka tidak diketahui dan untuk korban atau pembaca ini sebuah kerugian karena dengan ini mereka tidak bisa melihat siapa pengirim dari pesan tersebut. Mengungkapkan amarah tanpa adanya kontrol kadang juga terjadi dibeberapa kasus tertentu.

Menfess memang memberikan kumudahan dalam mungungkapkan perasaan tanpa harus menunjukkan identitas asli. Kita diberi kebebasan untuk membentuk diri dan citra kita dalam bermedia sosial. Namun, menfess layaknya pisau bermata dua. Akan bermanfaat jika digunakan secara benar dan akan menjadi senjata makan tuan jika tidak digunakan secara benar dan bijak seperti maraknya kasus cyber bullying yang semakin susah untuk diungkap siapa identitas aslinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline