"Uang bukan persoalan berat selama gentong Babi masih terus terisi, itu prinsip!"
Dari mana muasal gentong babi itu terus terisi? Sri Baginda Maharaja Babi punya strategi. Istilah gentong babi pertama kali muncul di tahun kedua Baginda naik tahta. Ia sudah membaca pola bagaimana kekuasaan bisa terus di tangan. Pengalaman menjadi Tumenggung 7,5 tahun, dan Adipati 2 tahun serta menjadi pucuk tertinggi Rimba Raya 2 tahun membuatnya menangkap ada pola bagaimana kekuasaan didapat.
Harus ada picis sebagai bagian praktis.
Sebagai bangsa golongan mamalia paling cerdas, ada falsafah turun temurun mengenai bagimana kehormatan, harkat dan derajat terus berada di atas. Iaitu adalah kuat secara tiga hal yang disingkat jadi karicis. Akronim dari Zakar, Pari, Picis mewakili hasrat, logistik, dan amunisi. Zakar yang kuat harus ditopang badan sehat, asupan berkualitas, pola hidup baik, olah raga teratur, jiwa yang bugar, Pari harus punya pasokan melimpah agar perut tidak kekurangan yang kesemuanya hanya bisa berjalan dapa jalin kelindan picis. Picis harus diupayakan terus menerus jangan sampai habis.
Picis yang cukup bisa membangun konsolidasi, bisa menguatkan koalisi, bisa menciptakan rapat akbar, bisa merubah penolakan, membungkam yang menggoyang, yang bicara tanpa saringan terus terusan berteriak lantang, serta bisa membeli suara. Itulah sebabnya aliran menuju tampungan gentong gentong babi harus terus deras mengalir. Tidak boleh mampat, tidak boleh bocor jangkat.
Lewat sejumlah kesepakatan pembangunan Rimba Raya, program yang ia usung demi pemerataan kesejahteraan sebagai tema, suksesi proyek selalu mendapat success fee yang besarannya 5-20% untuk ditampung di gentong gentong yang belakangan disebut sebagai Gentong Babi. Gentong wadah dari inisiasi Sri Baginda Maharaja Babi.
Adigium tidak ada makan siang gratis sangat ia pegang tiap kali program diketok oleh Joglo Kutanagari dari usulan Istana. Sehingga akhirnya semua mahfum dan mengerti menjadi sama sama tahu bahwa itu maknanya adalah harus ada yang disisihkan untuk aliran ke gentong babi. Kalau ada yang mencoba ingkar, Baginda cukup memanggilnya untuk minum kopi sore di beranda istana. Tanpa Bahasa lugas, biasanya yang diundang sadar, bahwa ia musti mengisi gentong babi. Bila masih coba mengelak, sudah bisa dipastikan proyeknya akan mangkrak dijegal aturan atau gangguan kiri kanan.
Dalam sebuah percakapan terbatas di minum kopi sore beranda istana, ketika Lanang Musang menyampaikan sebuah persoalan yang baru saja merintang soal neraca defisit tetapi perlu operasi khusus, Baginda berujar;
"Uang bukan persoalan berat selama gentong Babi masih terus terisi, itu prinsip!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H