Lihat ke Halaman Asli

Dongeng Kopi

Berbiji baik, tumbuh baik!

Kabar Kibul, Praktisi Pertama di Jawa adalah Ken Arok Sebuah Analisis Dongeng Kopi

Diperbarui: 27 Desember 2023   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arok marah besar. Pesanannya tak selesai. Keris itu dhujamkan ke dada Gandring, dan kutukan dimulai. Dok. Dongeng Kopi

Kabar kibul, berita bohong dalam praktik politik bukan hal baru. Ken Arok, orang yang luar biasa, melompat banyak kasta dari sudra hingga mencapai ksatria adalah salah satu praktisi abadi lewat crita tutur bersama keris Empu Gandring.

Tidak jelas asal usul Ken Arok sesungguhnya. Tetapi ada kisah lamat lamat di masyarakat bahwa Arok sebenarnya adalah anak pembesar kediri dari hasil hubungan gelap. Itulah sebabnya petualangannya begitu menarik untuk ditelisik. Lahir di tepi Sungai Brantas, Arok dibesarkan oleh Lembong. Seorang gembong yang ditakuti oleh banyak orang. Kegemarannya berjudi membuat Lembong pening. Beruntung jalan hidupnya berubah setelah perjumpaan dengan Lohgawe, seorang brahmana di Dusun Taloka yang kemudian menjadi guru Arok.

Arok yang cerdas cepat menangkap pelajaran hingga ia menjadi prajurit Tumapel.

Sebagai tamtama inilah kemudian Arok berteman dengan Kebo Ijo. Tangan kanan Tunggul Ametung yang suka pamer dan gemar membual.

Fisiknya yang prima, khatam kekuatan tenaga dalam barangkali yang membuatnya berada di posisi strategis. Setara dengan Arok yang jadi kepala pengawal Tumapel.

Situasi sosial yang berat di akar rumput, serta kekuasaan pejabat yang menindas rakyat di Tumapel, membuat Arok melihat peluang bagaimana ia berencana membunuh Tunggul Ametung.

Maka dipesanlah sebilah keris sakti sekali tusuk pada Mpu kawan ayahnya, nama Mpu Gandring. Mpu sakti yang tinggal di Lulumbang ini menyanggupi permintaan Arok dalam waktu 12 purnama. Sebab ritual membuat pusaka sangat rumit. Tirakat puasa, puja mantra, hingga semadi perlu waktu bukan sehari dua hari.

Baru lima purnama, belum genap sesuai yang dijanjikan, Arok sudah menanyakan pesanannya. Situasi sudah genting. Para brahmana sambat bahwa Akuwu sudah melewati batas. Semuanya hanya bersandar nafsu. Ia menaikkan upeti, semua yang melawan akan dihabisi lewat operasi khusus. Hukum dimain-mainkan sesuka hati.

Jarak Tumapel ke padepokan Gandring sekitar dua tabuh waktu.

Saat sampai Kyai Sumelang Gandring sedang menyesap kopi. Mengaso sejenak setelah menyicil pusaka pesanan Arok. Keris dengan hulu kayu cangkring yang masih berduri, belum diberi perekat, masih kasar.

Keris baru setengah jadi. Arok yang tak sabar marah dan menghunus keris setengah jadi ke dada Mpu Gandring. Gandring tumpas tak bernyawa dan melepas kutukan tujuh turunan akan mati bersama senjata besutannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline