Lihat ke Halaman Asli

Bukan Bangsa Budak, Kita Bangsa Juragan

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak membaca koran ternyata bikin puyeng kepala Kang Triman. Pria yang sehari-hari kerja bangunan itu tak habis pikir kenapa bangsa Indonesia makin lama makin getol impor segala macam,  bahkan garam dapur saja kok pake ngimpor. Baru-baru ini kita juga bersemangat  impor sayur-sayuran.  Lha apa tidak membingungkan?

"Nggak usah pusing, nggak usah bingung. Itu tandanya kita sudah naik pangkat," komentar Mbah Gajah Bunder menimpali keresahan Kang Triman.

"Naik pangkat gimana to, Mbah? Bukannya kita justru turun pangkat? Lha wong kita punya lahan luas tersubur di dunia kok ngimpor beras. Ngimpor sayuran. Ngimpor buah-buahan. Kita juga dikelilingi laut  luas yang melimpah ruah kekayaannya, kok garam saja juga ngimpor. Apa itu tidak blunder namanya? Lama-lama kita jadi miskin. Jadi budak di negeri sendiri," kata Kang Triman bertubi-tubi.

"Miskin bagaimana, justru dengan mengimpor barang-barang  itu kita hebat. Lihat saja perabotan di rumah para juragan, kebanyakan barang impor kan? Ya gitu, jangan malah sedih. Kalo perlu semua-muanya kita ngimpor. Kita  tunjukkan pada dunia bahwa kita ini bukan bangsa budak tapi bangsa yang sugih, bangsa yang kaya. Bangsa juragan. Juragan kok disuruh buat ini itu.... Juragan itu beli !!"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline