Hari minggu lalu aku kembali ngider -- ngider ( keliling), disekitar dermaga Pasar 16 Palembang. Tujuan utama adalah cari -- cari gambar, yang bagus sebagai ilustrasi video puisi. Aku mau ikutan lomba puisi yang boleh divoice over saja.
Tau dong Kompasianer Palembang (Kompal) ngadain lomba baca puisi, untuk Hari Puisi Nasional sekaligus tribute to Sapardi Djoko Damono dan Ajib Rosidi.
Kali ini aku pilih puisi Chairil Anwar, judulnya Cintaku Jauh Di Pulau. Mungkin kurang populer, dibanding puisi Chairil yang lain. Tapi suatu masa puisi ini pernah, begitu menyentuh hatiku.
Singkat cerita, habis Zuhur aku sudah nongkrong di dermaga. Kebetulan akhir pekan aktivias penumpang dan bongkar muat lumayan ramai. Banyak moment menarik, yang bisa jadi kontent blog dan media sosial.
Selagi asik rekam kapal yang lalu lalang, perahu ketek masuk dalam frame hpku. Sepasang lansia, duduk berdampingan di geladak.
Awalnya ku kira pengemudi ketek, akan merapat di samping kapal yang berada di depanku. Entah karena terlalu sempit atau cuma malas saja, Mang ketek mengarahkan tunas perahu ke arah lain. Merapat ke tiang -- tiang besi di ujung dermaga. Oh em ji.....hatiku berdesau, segera bergerak kearah mereka.
Jangan bayangkan iconic scene film Tictanic, antara Kate Winslet dan Leonardo DiCaprio. Kakek dan nenek, menyelipkan diri diantara tiang -- tiang besi. Membayangkan gimana kalau kakek dan nenek kepeleset, aku tambah cemas.
Melihat jalan lumayan sempit, aku mengurungkan niat, untuk mengulurkan tangan pada nenek. Dari pada membahayakan mereka, mending aku siaga dari jauh.
Meski sama sepuh dan ragu, nenek berusaha terus memandu kakek. Kudengar suaranya menegur kakek,yang tetiba duduk di besi bulat. Perlahan tapi pasti, mereka meniti jalan sampai ketempat aman.
Sementara pengemudi ketek yang tidak sopan itu, tidak terlihat niat untuk membantu. Membiarkan kakek dan nenek berjuang sendiri.
Aku mengabadikan moment ini sambil berdoa, semoga kakek dan nenek gak terpeleset. Akhirnya keduanya berhasil, mencapai bagian ruang tunggu dermaga.