Awal tahun 80an,waktu kecil gembira sekali kalau diajak ke rumah nenek di Lorong Masjid Jamik 10 Ulu - Palembang. Ikut sepupu memancing atau sekedar jauh-jauhan melempar kayu ke tengah sungai. Saat banyu besak - sungai pasang, pedestarian yang tergenang memberi sensasi berjalan di atas air.
Yang paling asyik, main-main air di halaman Masjid Jamik 10 Ulu yang antik. Saya ngambok- menyombong pada teman-teman, masjid di rumah nenek ada kolam renangnya.
Didirikan Abdullah Thalif Al Kaff, pada tahun 1872. Dibangun,diantara tiga sungai, Musi di barat, Aur di selatan dan Sungai Lumpur di Utara. Lokasi yang strategis, dahulu kolong masjid ini kerap menjadi tempat persembunyian para pejuang.
Peristiwa yang paling sering disebut dalam sejarah adalah penyerangan loji Belanda di Sungai Aur oleh laskar Sultan Mahmud Badarudin 2. Loji Belanda Sungai Aur,sekarang lebih dikenal sebagai Asrama Polisi.
Berada di daerah aliran sungai, tentu saja masjid ini awalnya berbentuk panggung-rumah tiang tinggi.Setelah beberapa kali kali penimbunan,sekarang sudah bertingkat dua dan benar-benar kering. Saya suka, cara pengurus Masjid Jamik Sungai Lumpur mengharagai sejarah dan founding father.
Mereka, tetap mempertahankan semua pintu jendela dan tiang yang sudah berumur ratusan tahun. Seperti kue Nagasari,inti tetap bangunan lama kulit luarnya saja yang lebih moderen. Cuma sekarang, tidak bisa lagi menyombong masjid di rumah nenek ada kolamnya.
Nama dan lokasi Sungai Aur dan Sungai Lumpur sering tertukar. Sungai Aur, adalah sungai yang mengalir tepat di samping Pasar 10 Ulu yang tak jauh dari Dermaga Kelenteng Chandra Nadi 10 Ulu. Berseberangan dengan Pasar 16 Ilir-Palembang.
Barang yang diperdagangkan di pasar 10 Ulu, menginformasikan apa yang terjadi di sepanjang aliran sungai. Gondang-sejenis keong dan kerang akan sering terlihat di musim surut. Ikan dan udang, memasuki anak sungai di musim pasang naik. Biji -- biji bunga Lotus, menandai paceklik tidak ada buah atau sayur lain yang bisa di jual ke pasar.
Bila air pasang, masih kita temui orang-orang yang menjala ikan dengan biduk kecil menyusuri Sungai Aur.
Sungai Lumpur, sekitar 100m ke utara Kantor Lurah 11 Ulu.Tak banyak yang bisa diceritaka tentang Sungai Lumpur, sekarang tak lebih besar dari sebuah selokan kurang lebih 3m lebarnya. Banyak yang lebih senang mandi dan mencuci di Sungai Lumpur,karena lebih sepi,biduk yang melintas tak banyak.
Sekitar 3 tahun lalu, DAS Sungai Lumpur yang berada di samping Kantor Lurah 11 Ulu dibangun semacam tanggul. Didirikan juga, banyak taman-taman kecil lengkap dengan tempat duduk dari marmer tepat di atas aliran air. Mungkin, untuk menghindari pemandangan kotor sampah saat sungai mengering. Bukanya mencari jalan bagaimana cara menangulangi sampah,lebih praktis kalau Sungai Lumpur dikorbankan.