Sekarang kalau bicara Palembang maka tak cuma Empek-empek dan Songket ada Sudirman Walk yang asik untuk dikunjungi.
Konsekuensi dari tumbuhnya Palembang sebagai Kota Metropolis adalah kebutuhan pusat hiburan yang ramah segala kalangan wisatawan. Dua tahun lalu sulit mencari tempat asik buat chiling out --bersantai selain cafe dan mall di Palembang. Setelah keliling masjid Agung-Monpera-Musium SMB biasanya akan diakhiri dengan nongkrong di Plaza Benteng Kuto Besak yang riuh rendah dengan anak-anak bermain odong-odong dan mobil kerlap-kerlip.
Sejak Maret 2017 pedistarian dari perempatan Pasar Cinde hingga Bunderan Masjid Agung pada akhir pekan disulap menjadi panggung terbuka Sudirman Walk. Mengusung konsep all in one dengan memberi ruang bagi komunitas seni tradisional,kontemporer dan komunitas hobi. untuk berlatih, promosi, dan sosialisasi.Kamu tak perlu terbang ke Jakarta untuk foto bareng Ondel-ondel dari Betawi atau Reog dari Ponorogo.Tak perlu ke kebun binatang untuk mengelus Elang dan ular Boa.
Jangan bayangkan penampilan seniman jalanan yang ala kadarnya.Semua komunitas seni musik dan tari tampil dengan alat dan sound system yang memadai. Kehadiran Sudirman Walk yang diresmikan Maret 2017 adalah moment revitalisasi seni pertunjukan di Palembang.
Interaksi langsung dengan penonton dan ketatnya persaingan memaksa tiap komunitas berbenah diri.Terasa sekali perbedaan tampilan seniman tradisional Palembang sekarang dengan lima tahun lampau. Kostum,makeup juga aransemen musik yang lebih tertata memberikan kesan profesional tak sekadar hobi mengisi waktu luang. Sekarang mereka sudah siap diadu dan layak tampil dievent nasional dan internasional.
Yang paling terasa perkembanganya adalah komunitas seni kontemporer.Aliran seni pertunjukan ini diuntungkan karena tidak terikat pada tata busana dan tata gerak. Salah satunya komunitas cosplay Generasi Bintang Entertainer (GBE) yang tampil reguler di Sudirman Walk kerap terlihat eksis memeriahkan event dengan kostum-kostum unik. Meski ribet dengan kostum tetapi mereka ramah dan selalu siap menjadi objek foto.
Setelah satu tahun berjalan, perlu dievaluasi arus masuk dan keluar pengunjung .Bila memungkinkan dipasang rambu atau tata tertib karena banyak penonton yang kurang sopan seliweran nyelip diantara para pemain musik dan penyanyi mengangu kosentrasi dan merusak pemandangan.
Kalau mampir ke Sudirman Walk jangan lupa mengisi kotak sumbangan yang terdapat di depan lapak komunitas sebagai bentuk dukungan anda pada kelangsungan hidup komunitas itu.
Payo sanjo ke Palembang, Kompasiana Palembang (KOMPAL) akan dengan senang hati menemani anda mengunjungi objek dan dayatarik wisata di Sumatra Selatan.****
donapalembang101@gmail.com