Tahun ini Siklon Tropis Dahlia , lagi main angin di Sumatra bagian selatan.Lumayan kencang ,di Palembang . Setiap angin berhembus kencang , saya mengintip keluar jendela . Dihalaman ,ada beberapa Pohon Pinang yang daunnya sudah menggapai kabel listrik. Gesekan antara kabel dan daun , sering kali jadi bunga api.
Pohon-pohon ini , bagian dari " taman-tamanan " yang di bangun Pengembang. Mereka, membayangkan, jalan-jalan di sepanjang pantai California . Pohon Palem yang tinggi menjulang di langit yang biru Nnirmala . Dalam gambar , tentu saja amat menarik. Lalu seperti biasa,kenyataan selalu meleset dari harapan . Pinang di tanam pada sekepil tanah , tepat di sepanjang parit . Parit dan Pinang berbagi lahan , masing -masing tak lebih dari 70cm.
Setelah lewat sepuluh tahun,sekarang mulai terasa . Pohon Pinang ,mulai menggapai -- gapai kabel listrik. Akar Pinang yang "perkasa" mulai menjebol semen parit.Satu persatu , mereka ditumbangkan .
Menjadi tinggi dan besar ,memerlukan energi dan waktu.Memandang Pohon kurus tinggi langsing, terkapar tak berharga di pinggir jalan.Membuat saya sedih.Ibarat kata anak, maka pohon ini juga tidak bisa memilih mau di tanam dimana.
Tidak perlu sekolah pertanian , untuk tahu kalau Pinang bisa tumbuh sampai 20an meter. Kemudian , mengapai kabel dan menjebol semen . Bukan salah mereka,yang salah yang menanam.Kurang pengetahuan umum,pikiranya cetek . Tidak berpikir, jauh tinggi ke atas.
Saya besar di dusun , saya tahu seberapa tinggi Pinang bisa tumbuh dan seberapa kuat akarnya. Karena itu , tak lama setelah menghuni rumah , saya membabat habis Pinang di bawah cucuran atap Car Port.Mumpung , belum ada ikatan batin yang membuat saya sayang membabatnya nanti.
Saya menyarankan,untuk menanyakan pada pengembang sebelum membeli rumah . Tanaman apa, yang digunakan untuk penghijauan . Atau bisa request ,rumah saya jangan dikasih Pinang atau Palem Botol . Lah apa pentingnya?
Penting sekali .Coba hitung berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk memangkas atau menebang pohon .Hitung juga , biaya tukang ,dan bahan perbaikan parit yang jebol .*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H