Musim Durian telah tiba . Ada yang menyambutnya dengan suka cita . Karena bau khasnya , ada juga yang mengolongkanya" bencana alam" . Arako teman saya yang Kompasianer Palembang itu , adalah Durian Lover. Kalau lewat Pasar Kuto -Palembang , pasang mata . Siapa tahu , bersua Arako sedang nongkrong makan Durian (Durio zibethinus) Saya termasuk yang plin -plan soal Durian . Benci tidak , suka bener juga enggak . Ada di makan , tidak ada tidak mencari .Makan duren , cuma kalau gratisan .
Malam minggu , tetangga ku yang baik hati datang bertandang .Dengan kata pengantar , oleh - oleh dari dusun . Bersama itu , Duku dan Duren diserahkan .Mengingat menimbang , akhirnya memutuskan Durian yang cuma sebuah ini dibuat tempoyak saja .
Tempoyak , adalah signature ingredient masakan Melayu . Fermentasi Durian ini , dengan nama yang berbeda -- beda digemari sepanjang Asia Tenggara . Setiap daerah , punya kuliner khas dengan Temponyaknya . Ikan Patin masak tempoyak , kegemaran Ibunda biduan Siti Nurhaliza dari Malaysia . Sambel tempoyak Udang dan Petai , juara di Bengkulu . Wong Plembang , punya resep brengkes Tempoyak
Tempoyak , punya rasa asam dan aroma durian yang kuat.Bila sudah mengunakan Tempoyak ,asam tak diperlukan lagi . Semakin lama disimpan , semakin asam rasanya . Karena itu , kadang di tambahkan garam dan cabe rawit sebagai varian rasa.Awalnya,olahan ini untuk mengawetkan Durian. Bila di simpan dengan benar , Tempoyak dapat bertahan sampai dua tiga bulan bahkan lebih.
Membuat Tempoyak , mudah saja .
Cukup pisahkan daging buah dengan biji durian
Lalu simpan dalam wadah/ toples tertutup sekitar 3-4 hari.
Wadah penyimpanan , harus tertutup rapat bersih dan kering . Untuk menghindari , tempoyak berjamur. Bila dirasa tingkat keasamanya sudah sesuai selera , Tempoyak dapat segera di konsumsi .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H