Kekejaman teroris kembali berulang di Negeri ini. Aksi teror brutal ini terjadi Desa Lembatongoa, Kecamatan Palolo di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah Dalam peristiwa ini, teroris yang diduga bagian dari Kelompok Mujahidin Indonesia Timur ini membunuh, 4 orang warga dan membakar 7 unit rumah.
Yang cukup mengherankan, kejadian ini sepi dari pemberitaan media, baik itu media arus utama maupun media online. Pemerintahpun sepertinya belum bereaksi. 2 hari berselang, barulah Pemerintah melalui Menkopolhukam mengeluarkan pernyataan resmi dalam menanggapi aksi teroris ini.
Mengutip peribahasa, "Semut di seberang lautan kelihatan, gajah di pelupuk mata tidak terlihat", adalah peribahasa yang pas untuk menggambarkan sikap pemerintah.
Bagaimana tidak, respon pemerintah sangat berbeda bila dibandingkan dengan kejadian pemenggalan seorang guru sejarah di Prancis.
Kala itu, Menteri Luar Negeri langsung mengeluarkan pernyataan sikap mengutuk pelaku teror tersebut, yang kemudian diperkuat dengan pernyataan Presiden di akun media sosial Facebook.
Sakit iya....sedih pasti.....gregetan......apalagi. Penulis yang tidak mengalaminya saja merasakan seperti itu, apalagi keluarga korban dan sanak saudaranya. Jangan dulu bicara perlindungan dan perhatian. Saat ini, mereka yang tinggal disana butuh orang lain untuk menghibur, menguatkan dan memberikan ketenangan.
Wahai para petinggi dan politikus yang duduk di menara gading, cobalah turun kebawah. Lihat apa yang terjadi dengan wargamu dibawah sana. Bagaimanapun jeleknya, mereka wargamu juga. Biarpun miskin mereka wargamu juga. Walaupun minoritas, mereka adalah bagian dari NKRI.
Kalau tidak bisa melindungi, minimal turun ke sana untuk menguatkan mereka. Kalau bukan kita siapa lagi. Kita tidak tahu, mungkin salah satu dari mereka adalah keturunan dari pejuang kemerdekaan. Kalaupun tidak, mereka adalah bagian dari negara ini yang selalu menjunjung tinggi nilai Pancasila.
Turut Berduka Cita buat korban teroris di Kabupaten Sigi. Semoga tetap diberi ketabahan dan penghiburan bagi keluarga dan sanak saudara yang ditinggalkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H