Pada bulan Agustus, Kementerian Pertahanan RI, resmi menjalin kontrak dengan vendor militer Scytalys. Perusahaan Militer asal Yunani ini, diberi kontrak untuk membangun sistem terintegrasi pertahanan darat, laut, dan udara Tentara Nasional Indonesia (TNI), selama 3 tahun kedepan.
Berbicara sistem pertahanan terintegrasi antar matra, boleh dibilang pasti terkait dengan pembangunan infrastruktur C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance). C4ISR sendiri adalah sebuah sistem terintegrasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan peralatan penginderaan meliputi radar dan satelit, untuk memonitor kawasan darat, laut, maupun udara Indonesia.
Asal Muasal C4ISR.
Konsep C4ISR mulai dikenal ketika AS mulai memanfaatkannya dalam Operasi "Desert Storm" pada Perang Teluk I tahun 1991. Operasi ini kemudian terbukti berhasil menerapkan interoperabilitas antar matra, serta antar alutsista berbagai negara yang tergabung dalam pasukan multinasional, terutama alutsista yang dimiliki AS dan negara Eropa anggota NATO, yang bergabung untuk membebaskan Kuwait dari pendudukan Irak.
Pada operasi tersebut, komunikasi antara Markas-War Room- dengan komandan di lapangan dan para pengawak alutsista sudah menggunakan pola komunikasi jaringan data. Hal ini terbukti mampu lebih efektif memimalisir kesalahan perintah oleh operator lapangan, dan aksi penyadapan komunikasi oleh lawan, dibanding ketika masih mengunakan pola komunikasi suara (voice) yang rentan disadap dan diintersep oleh lawan.
Pada saat itu, AS dan negara-negara Eropa sekutunya dari NATO, sudah menggunakan jaringan data yang sama, yang kemudian lebih dikenal dengan jaringan data "Link 11". Seiring perkembangan tekhnologi, AS dan NATO sudah meninggalkan jaringan data link 11. Saat ini mereka memakai Link16, jaringan data yang lebih canggih.
Keberhasilan penggunaaan konsep C4ISR di Perang Teluk I, pada akhirnya menginspirasi berbagai negara di seluruh dunia untuk mengadaptasi konsep ini di Angkatan Perangnya. Sekutu AS seperti NATO, Australia, Jepang, Korea Selatan dan lain-lain cendrung memakai link16 buatan AS, sedang negara besar seperti China dan Rusia memakai jaringan data buatan sendiri.
Tentara Nasional Indonesia
Bagi para perwira di jajaran TNI, konsep C4ISR sendiri bukanlah hal yang asing. Mereka tahu dan mengerti apa itu konsep C4ISR, karena materi pengajaran di di SESKO setiap matra (Sekolah Staf dan Komando) sendiri, sudah memuat pengetahuan tentang konsep C4ISR. Namun, sampai dengan saat ini TNI belum dapat mengaplikasikan konsep C4ISR di seluruh matra.
Penerapan konsep ini di TNI memang bukan hal gampang, masih banyak kendala dan tantangan yang dihadapi, sebut saja antara lain :