Bulan Agustus ini ternyata bukan hanya menjadi bulan peringatan kemerdekaan RI. Ternyata KAMI versi 4.0 turut menambah riuh rendah perayaan kemerdekaan kali ini.
Dengan semangat 45...eh... semangat millenial, para pentolan KAMI tidak mau ketinggalan, sehari setelah HUT RI ke- 75 mereka meresmikan kelahiran Gerakan Moral KAMI......iya.......KAMI.
Seperti halnya perayaan kemerdekaan di Istana Negara yang menerapkan protokol pencegahan covid19, Deklarasi KAMI yang berlangsung di Tugu Proklamasi ini juga tidak mau ketinggalan dalam menerapkan protokol pencegahan Covid19.
Para deklarator ini dengan tertib melakukan jaga jarak, bedanya kalau di Istana berjarak 1,5 m, di acara ini hanya 1,5 cm. Tidak apa-apalah, angkanya sama kok, cuma embel-embel dibelakang angka yang berbeda.
Selain itu, layaknya penerapan social distancing di pesawat penumpang, Deklarasi ini juga membatasi peserta dengan hanya mengikutsertakan KAMI, mohon maaf KALIAN tidak diundang, apalagi KITA.
Dubes Palestina
Tetapi rupa-rupanya seperti kebanyakan warga +62 yang tidak disiplin mengikuti protokol covid19, ternyata petugas yang ditugasi oleh KAMI untuk menyampaikan undangan ikut-ikutan latah, tidak disiplin memilih peserta yang akan diundang. Bukan hanya deklarator KAMI yang diundang, ada peserta yang tidak tahu menahu situasi ikutan nyempil di acara deklarasi itu. Siapa itu?
Kesilapan itu baru diketahui setelah Dubes Palestina dengan sewot mengatakan beliau salah persepsi, Sang Dubes menyangka perhelatan itu adalah rangkaian perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia, kasihan amat ya.
Bolehlah jurus ngelesnya Pak Dubes, tetapi kok ada yang aneh ya? Masa sih sekelas Dubes yang merupakan pejabat tinggi negara bisa salah menafsirkan maksud surat atau salah mengartikan pesan (beliau mengaku menerima pesan).
Jurus ngeles Pak Dubes ini tidak boleh dianggap angin lalu, pengakuan beliau ini sudah merendahkan marwah jabatan Dubes, kalau mau bisa saja dikategorikan dalam penistaan jabatan Duta Besar.